Jumlah pengunjung

Senyum Indah Mereka Adalah Anugerah

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

This is default featured slide 2 title

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

Mengabdi Pada Masyarakat

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

This is default featured slide 4 title

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

Mari Bergabung Bersama Kami

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

Selamat Datang di BLOG RUMAH BELAJAR PANDAWA

Selasa, 29 November 2011

PERINGATAN HARI IBU



Di kalender hp saya, setiap tgl 22 Desember tertulis: “mother’s day; phone mom”, begitu pula di hari ulang tahunnya, tgl 6 Juni selalu tertulis: “mom birthday; phone her”, di hari idul fitri dan idul adha, selalu ada alarm untuk mengingatkan saya menelepon mimih (salah satu panggilan untuk ibu di keluarga sunda). Sebagai putri tertua yang tinggal jauh di rantau, saya selalu berusaha untuk tetap berbakti kepada orang tua walau hanya sekedar dalam bentuk do’a dan perhatian. Karena diakui atau tidak, ketika seorang anak beranjak dewasa dan memiliki keluarga kecil sendiri, kadang mereka disibukkan dengan keluarga kecilnya dan melupakan sang ibu. Bisa dibayangkan bagaimana nelangsanya seorang ibu yang sudah menghabiskan masa mudanya untuk membesarkan putra-putrinya kemudian di masa tuanya terlupakan begitu saja. Fenomena ini tidak hanya didapatkan di masyarakat Barat saja, bahkan di lingkungan muslim. Ironis banget kan? Bagaimana mungkin seorang muslim durhaka terhadap ibunya? sementara al qur’an dan hadits Nabi menegaskan kewajiban seorang muslim untuk berbakti terhadapnya, bahkan perintahnya digandengkan dengan kewajiban beribadah kepada Allah (QS. An Nisa: 36). Dalam HR. Bukhori Muslim, Rasulullah menjelaskan bahwa seorang ibu lebih berhak atas bakti anaknya, karena pengabdian yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anak-anaknya, mulai dari kandungan hingga mereka dewasa (QS. Luqman: 14 & QS. al Ahqaf: 15)

Tidak hanya itu, dalam surat Al Isra: 23, Al qur’an menjelaskan kepada muslim bagaimana cara memperlakukan orang tua: "Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa berbakti kepada orang tua, tidak hanya dilakukan selama mereka berada di dunia, bahkan setelah mereka tiada.  Rasululah pernah ditanya oleh seorang sahabat apakah setelah ortu meninggal kita masih bisa berbuat baik terhadap mereka? Rasulullah menjawab: "yup, dengan mendo'akan mereka, memenuhi janji mereka, dan berbuat baik kepada teman-teman mereka.”

Dari pemaparan di atas, saya yakin, di antara kita tidak ada yang bisa mengingkari bahwa Islam menempatkan orang tua --terlebih ibu-- dalam posisi yang sangat spesial. Sebagaimana saya yakin, di antara kita tidak ada yang bisa mengingkari bahwa tidak semua muslim memperlakukan orang tuanya –terutama ibu—sebagaimana tuntunan al qur’an dan hadits. Kondisi inilah yang membuat Mushthofa Amin dan Ali Amin menggagas hari Ibu di Mesir. Sebagai wartawan senior yang membidani kelahiran harian ahbar el yaum, dua bersaudara ini banyak mendapatkan surat pengaduan dari ibu-ibu pembaca yang mendapatkan perlakuan buruk dari putra-putrinya. Dimulai dengan tulisan berupa ajakan kepada masyarakat luas untuk memperingati hari ibu di rubrik “fikrah” (ide), yang mendapatkan respon luar biasa dari pembaca, maka ditetapkanlah tanggal 21 Maret –hari pertama musim semi; karena seorang ibu selalu menjadi sumber kebahagiaan dan keceriaan sebagaimana halnya musim semi-- sebagai hari Ibu di Mesir.

Bagaimana dengan di Indonesia? Mengapa hari ibu diperingati tanggal 22 Desember? Jika kita melihat sejarah, asal muasal peringatan hari ibu di tanah air sebenarnya tidak ada kaitanya dengan fungsi ibu dalam keluarga. Sejarah Hari Ibu di Indonesia justru berawal dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Presiden Soekarno, melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 menetapkan bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini. Misi diperingatinya Hari Ibu pada awalnya lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Jika melihat sejarahnya, Sebenarnya akan lebih tepat apabila 22 Desember diperingati sebagai hari perjuangan perempuan bukan hari ibu, karena hari ibu memiliki konotasi lain dari misi awal yang digagas oleh kongres perempuan III. Dan inilah yang terjadi sekarang, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu sebagaimana peringatan hari ibu di negara-negara lain di dunia. Karena tulisan ini tidak bermaksud mengkritisi sejarah, saya rasa kita tidak perlu berpanjang lebar dalam hal ini. Yang penting, fenomena yang ada di tanah air sekarang mengatakan bahwa 22 Desember diperingati sebagai hari ibu, dimana para anak disadarkan akan kewajibannya kepada ibu.

Di antara kaum muslim ada yang mencela adanya peringatan hari ibu dan melabelinya dengan perbuatan bid’ah. Berikut beberapa alasan mengapa peringatan hari ibu dikatakan kegiatan bid’ah”

1.        Tidak ada teks agama yang menyinggung adanya hari ibu. Walaupun al qur’an dan hadits banyak menceritakan tentang keutamaan ibu, namun tidak ada satu tekspun yang menetapkan adanya peringatan khusus untuk ibu sebagai apresiasi atas jasanya. Apabila hal ini dianggap perlu, tentu Rasulullah tidak akan melewatkannya.

2.        Apabila terbukti Rasulullah dan para salaf shaleh tidak memperingati hari ibu, maka orang-orang yang sekarang memperingatinya telah mengada-ngada hal baru yang tidak pernah ada dalam agama (bid’ah)

3.        Dengan memperingati hari ibu, berarti kita sudah latah mengikuti perbuatan orang kafir. Padahal Tasyabbuh bilkuffar (ikut-ikutan orang kafir) diharamkan Rasulullah.

Mari kita coba menjawab alasan mereka satu persatu;

1.        Benar, tidak ada teks agama yang menetapkan adanya hari ibu, karenanya hari ibu di berbagai negara Islam berbeda-beda waktunya. Namun sudah dijelaskan di muka bahwa kondisi umat Islam sekarang sudah jauh dari ajaran Islam yang menempatkan ibu sebagai orang yang memiliki hak atas bakti sang anak. Berapa banyak anak yang memperlakukan ibunya seperti babu, atau memperlakukan ibu dengan kasar, baik berupa ucapan atau perbuatan, padahal berkata “uh” saja dicela Al Qur’an. Dalam kondisi seperti ini, umat Islam perlu teguran, perlu diingatkan kembali akan ajaran agamanya. Di sinilah urgensi adanya peringatan hari ibu secara nasional, yang biasanya diwarnai oleh berbagai acara bertema ibu. Semua media pada hari ini mengangkat tema yang sama, tentang jasa ibu terhadap anak dan sebagai kompensasinya adalah hak ibu atas bakti sang anak. Diharapkan peringatan ini menjadi momentum untuk seorang anak melakukan evaluasi dan intropeksi atas perlakuannya terhadap ibu selama ini. Apabila ia telah menjalankan kewajibannya sebagai anak yang berbakti, maka ia patut mempertahankan sikapnya dan mengajak saudaranya untuk berlaku sama. Sebaliknya, apabila selama ini ia lalai menjalankan kewajibannya sebagai seorang anak, maka hari ibu baginya merupakan momentum untuk berubah dan mulai menunjukkan baktinya pada sang ibu. 

2.        Maksud dari Peringatan Hari ibu adalah mengingatkan umat akan kewajiban mereka terhadap ibu sebagaimana digariskan al qur’an dan sunnah. Hal ini merupakan aflikasi dari taushiyah bilhaq. Apakah taushiyah bilhaq merupakan hal yang bid’ah? sementara alquran dengan tegas memuji orang-orang mukmin yang beramal sholeh dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran (QS. Al ‘Ashr)  

3.        Dengan melihat sejarah hari ibu di Mesir dan Indonesia di atas, terbukti bahwa peringatan hari ibu di negara muslim bukan sekedar mengikuti trend Barat. Peringatan hari ibu lahir dari kondisi masing-masing negara bukan karena budaya latah.

Akhirnya, saya kembalikan kepada anda, perlukah hari ibu? Atau ia merupakan bid’ah yang mesti ditinggalkan? Saya pribadi, melihat fenomena kedurhakaan yang merebak di tanah air merasa perlu adanya peringatan hari ibu secara nasional, siapa tahu dengan membaca arikel atau nonton film tentang pengorbanan ibu yang ditayangkan di hari ibu, semangat kita untuk berbakti padanya menjadi bertambah. Selamat hari ibu!

http://irliyana.multiply.com