Jumlah pengunjung

Senyum Indah Mereka Adalah Anugerah

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

This is default featured slide 2 title

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

Mengabdi Pada Masyarakat

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

This is default featured slide 4 title

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

Mari Bergabung Bersama Kami

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

Selamat Datang di BLOG RUMAH BELAJAR PANDAWA

Rabu, 21 November 2012

Satu Bulan Bersama Relawan STK Widya Mandala




Hari itu hari senin pukul 18.00, desir angin yang menyibak dahan pepohonan di taman  beradu dengan raungan  knalpot kendaraan bermotor yang memadati jalan Ngagel, Wonokromo. Dibawah rindangnya pohon taman yang menghantarkan lembar-demi lembar daun kering terhempas direrumputan taman, terdapat sekumpulan bocah-boca yang sedang asik dengan beragam aktivitas belajar bersama di taman.
Diantara penerangan seadanya mereka bergerumul menghadap beberapa papan tulis dengan coretan-coretan. Mereka adalah relawan bersama murid-murid Rumah Belajar Pandawa.  Relawan yang merupakan mahasiswi  Universitas Katolik Widia Mandala atau biasa di singkat UWM yang terdiri dari Mia Dwi Retno, Aprelia Caroline, Brenda Silviani,  Fatmala Fatmawati, Yosefina Silvia Daru, Rana Keera, Novita Jalasari, Rika Kumalasari, kritina atau biasa disapa Beta.
Salah satu program yang dibawa oleh relawan ini adalah misi pendidikan pancasila, mula dari belajar kebinekaan, persatuan Indonesia, dan lain sebagainya. Mengabdi kepada masyarakat dan ikut merasakan bagaimana kehidupan sesama merupakan salah satu dari upaya mengaplikasikan sila kedua yang berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradap, karena diharapkan kegitan tersebut dapat menyentuh sisi humanis atau kemanusiaan kita.
“Saya tidak menyangka jika mereka begitu kuat, sekalipun mereka tak bersama orang tua mereka bahkan diantara mereka sesungguhnya tidak tahu siapa orang tua mereka sebenarnya. Jika saya yang mengalami, saya tidak tahu gimana?” ujar Rana mahasiswa asal NTT salah satu relawan yang kagum dengan semangat anak-anak rumah belajar pandawa.
“Lebih hebatnya lagi mereka tidak pernah menyalahkan keadaan, tidak menyalahkan orang tua mereka padahal saya sering ngerasa kurang dengan kasih sayang orang tuaku yang sekarang aku sadari tiada kurangnya” imbunya sambil tersenyum malu. Air mata itu meluncur deras  Sebab sebelumnya ia mendengar beberapa curhatan langsung dari anak-anak tentang latar belakang kehidupan  yang mereka jalani setiap hari.

Sedihnya Perpisahan
                “kaka jangan pergi kami tidak akan nakal lagi, kami semua akan serius belajar……” teriak tangis murid Pandawa kepada para relawan pengajar, saat mengucapkan salam perpisahan.
Tidak disangka, malam perpisahan yang  harus dijalani terasa sangat berat, akibatnya tak terasa air mata menetes dari puluhan pasang mata itu. Deraiannya merambati pipi, kilaunnya terbias cahaya lampu yang menembus rerimbunan daun dan rupanya juga telah menembus dihati mereka.
Hari-hari yang telah dialalui bersama rupanya telah menorehkan selaksa kenangan yang tak mudah dihapuskan, bahkan oleh air mata perpisahan sekalipun. Memang saat perpisahan tadi suasana sangat mengharukan, anak anak menangis para relawan juga ikut mengangis.
Maka untuk menceriakan  suasana mereka menghibur diri dengan beragam kegiatan lucu. mulai dari tari ayam “Chiken Dance” yang dilakoni oleh para murid –murid Pandawa. Hingga hiburan berupa tarian paling fenomenal saat ini “Gangnam Style”yang dipersembahkan oleh para relawan.
Akan tetapi, aura perpisahan yang mengharu biru tidak juga bias terhapuskan, bahkan oleh berisik raungan kendaraan bermotor yang merayapi jembatan Bosem wonorejo “jagir”.  “saya nggak menyangka, ketika kami bilang besok gak akan datang kesini lagi, seketika airmata meleleh di kedua belah pipi mereka”, terang Brenda yang juga menehan airmata.
“Meskipun waktunya singkat, akan tetapi begitu banyak pelajaran yang telah kami dapatkan. Di Rumah Belajar Pandawa saya mulai belajar besyukur, atas segala nikmat yang diberikan Allah, ampuni tuhan saya yang jarang bersyukur” sesal Caroline akibat kekilafannya, kini ia bias melihat ternyata banyak anak yang jauh tidak seberuntung kita. Hidup tanpa kasih sayang orang tua, menyambung  hidup dijalanan, bahkan  ada yang terbiasa melihat orang tua mereka terjebak lembah hitam pelacuran.
“Kami tak menyangka, mungkin tanpa adanya Pandawa, mereka akan menjadi 11-12 dari orang tuanya, jika orang tunya kasar dalam mendidik pasti kelak mereka akan melakukan yang sama” tambah Rana Keera. “Jadinya saya melihat rumah belajar pandawa bukan hanya member pelajaran berupa materi tapi juga pelajaran moral yang amat berharga bagi mereka kedepan” terang Mia menambahkan ungkapan Rana Keera salah satu relawan yang berasal dari Nusa Tenggara Timur.

Sebingkis Kenangan
Kini para mahasiswi Relawan dari  Universitas Widya Mandala telah purna tugasnya, tunai sudah pengabdian di Rumah Belajar Pandawa dalam membimbing anak-anak yang butuh bimbingan dan kasih sayang.  Tapi seberapa jauh mereka menghilang dari selingkar pandangan mata, tapi mereka dan jasa mereka akan selalu terbingkai dihati mereka.
“Kenapa mereka cuma ngajar sebentar, padahal aku sudah mulai sayang” keluh vista dan yola,. Sambil memegang bingkisan berupa buku dari relawan ia mengenang saat-saat beberapa jam yang mereka lalui sebelumnya.
Rupanya benar kata sebuah syair lagu yang pernah dilantunkan oleh grup band asal jogja, Letto. Bahwa “rasa kehilangan hanya akan ada jika kita pernah memilikinya”. Dan bukankah sejatinya kita saling memiliki? Memiliki rasa cinta yang sama, memiliki kasih sayang yang sama, dan memiliki Rumah Belajar Pandawa bersama.
Diahir perpisahan malam itu, ketika mereka semua bersedih , kami membisiki dan meyakinkan mereka satu hal, “kalian orang yang kuat,” kakak yakin kelak adek-adek ijka treus belajar dan berusaha dengan serius maka kalian menjadai orang yang sukses, persembahkan prestasi kalian untuk kebanggaan orang tua kita” [] Awan.



MISI Pendidikan Pancasila


     Kondisi pendidikan formal saat ini memang sangat memprihatinkan, apalagi hampir satu decade ini pendidikan pancasila direduksi dari kurikulum pendidikan anak-anak. Akibatnya anak-anak menjadi jauh dari pencasila dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Mereka hanya mengenal pancasila sebagai lafadz yang Cuma bias di katakana namun tak mampu menjelaskan apalagi mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
       Salah satu program yang dibawa oleh relawan ini adalah misi pendidikan pancasila, mula dari belajar kebinekaan, persatuan Indonesia, dan lain sebagainya. Mengabdi kepada masyarakat dan ikut merasakan bagaimana kehidupan sesama merupakan salah satu dari upaya mengaplikasikan sila kedua yang berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradap, karena diharapkan kegitan tersebut dapat menyentuh sisi humanis atau kemanusiaan kita.
         “Saya tidak menyangka jika mereka begitu kuat, sekalipun mereka tak bersama orang tua mereka bahkan diantara mereka sesungguhnya tidak tahu siapa orang tua mereka sebenarnya. Jika saya yang mengalami, saya tidak tahu gimana?” ujar Rana mahasiswa asal NTT salah satu relawan yang kagum dengan semangat anak-anak rumah belajar pandawa.
       “Lebih hebatnya lagi mereka tidak pernah menyalahkan keadaan, tidak menyalahkan orang tua mereka padahal saya sering ngerasa kurang dengan kasih sayang orang tuaku yang sekarang aku sadari tiada kurangnya” imbunya sambil tersenyum malu. Air mata itu meluncur deras Sebab sebelumnya ia mendengar beberapa curhatan langsung dari anak-anak tentang latar belakang kehidupan yang mereka jalani setiap hari.


Satu Bulan Bersama Relawan STK Widya Mandala
       Hari itu hari senin pukul 18.00, desir angin yang menyibak dahan pepohonan di taman beradu dengan raungan knalpot kendaraan bermotor yang memadati jalan Ngagel, Wonokromo. Dibawah rindangnya pohon taman yang menghantarkan lembar-demi lembar daun kering terhempas direrumputan taman, terdapat sekumpulan bocah-boca yang sedang asik dengan beragam aktivitas belajar bersama di taman.
       Diantara penerangan seadanya mereka bergerumul menghadap beberapa papan tulis dengan coretan-coretan. Mereka adalah relawan bersama murid-murid Rumah Belajar Pandawa. Relawan yang merupakan mahasiswi Universitas Katolik Widia Mandala atau biasa di singkat UWM yang terdiri dari Mia Dwi Retno, Aprelia Caroline, Brenda Silviani, Fatmala Fatmawati, Yosefina Silvia Daru, Rana Keera, Novita Jalasari, Rika Kumalasari, kritina atau biasa disapa Beta.
        Sebenarnya mereka menjadi relawan di Rumah Belajar Pandawa bermula dari program praktek kerja lapangan atau biasa disingkat PKL yang mengedapankan pengabdian masyarakat. “awalnya saya ngeluh saat menjalankan tugas PKL jika harus kaya gini, mana mungkin anak manja seperti saya bersosialisasi dengan anak jalanan yang berkepribadian macam ini (Liar: Red), nakal, omongannya kotor dan gitu deh” tutur Caroline yang mengaku anak manja itu. 
Mahasiswi yang berasal dari Jember itu menambahkan bahwa adiknya yang dirumah saja sering kena marah gara-gara suka mengganggunya. “Tapi dengan mengajar di Rumah Belajar Pandawa, saya jadi tahu bahwa saya bisa bersosialisasi dengan anak-anak yang karekternya bermacam-macam. 
           Selain itu juga saya juga mulai pandai bersyukur pada tuhan” Imbuh gadis semampai bermata sipit dengan meneteskan airmata keharuan saat ditanyaoleh reporter Pandawa Kalmia Sada. Bahkan ia berjanji akan lebih menyayangi orang tua yang selama ini ia acuhkan atas segala apa yang mereka berikan padanya, begitupun pada adiknya yang dianggap nakal.
(bersambung ya............)

Minggu, 18 November 2012

Motivasi Bagi Pengamens Cilik, Ingin Menjadi Guru


“Kalau saya sudah besar nanti saya ingin menjadi guru” ungkap Mawar bersemangat.
“saya juga ingin jadi guru” Tambah Melati yang tidak kalah semangatnya (Mawar, melati bukan nama sebenarnya). 
Begitulah kira–kira celoteh dua anak yang sampai saat ini masih bersama ibunya untuk mencari sesuap nasi dijalanan kota Surabaya.  Dan diruang tamu  home base Rumah Belajar Pandawa yang sempit karena dipenuhi banyak anak yang ingin belajar. Diantara sekian banyak murid-murid yang menjadi dampingan kami, adalah Mawar dan Melati merka adalah anak kurang mampu itu.
Sepasang kakak adik yang terlambat sekolah karena harus membantu ibunya untuk mengemis tiap hari. Meskipun sekarang umurnya sudah menginjak kelas satu SD, namun karena tuntutan ekonomi ia baru sekolah di kelas TK tahun ini. Itupun karena ada yang memotivasi untuk sekolah, disamping itu merka berdua masih mempunyai semangat untuk mengapai masadepanya.
“Meskipun terlambat sekolah, namun mawar dan melati mempunyai kecerdasan yang harus terus dikembagkan. Mungkin karena ia memang sini kuasa tuhan ya”, tutur Khotijah yang dengan telaten membimbing dua anak itu belajar membaca dan berhitung. 
Di sampingnya juga tampak papan tulis putih penuh guratan spidol yang berisi angka-angka penjumlahan.  Ia tampak sabar memberi  rayuan dan motivasi agar Mawar dan Melati selalu rajin belajar agar bisa tercapai cita-cita keduanya.

Hari-Hari Seniman Kecil Jalanan
Mawar dan Melati adalah sepasang kakak adik. Mawar yang lebih tua berumur  tujuh  tahun, sedang Melati adiknya berumur enam tahun. Meski berbeda umur namun ia menuntut ilmu di jenjang yang sama, dan lebih mengherankannya lagi keduanya baru duduk di bangku Taman Kanak-Kanak.
Mereka masih sekolah di bangku TK bukan karena mereka tinggal kelas. Namun karena mereka baru saja mengenal dunia pendidikan, sejak adanya lembaga Rumah Belajar Pandawa.
Alasan mengapa mereka baru bersekolah cukup miris. Ditengah modernnya dunia pendidikan dengan fasilitas memedai serta jargon pendidikan gratis, Mawar dan Melati masih sibuk  dan ngamen usia sekolah. Akibatnya seperti diatas ia terlambat sekolah.
Memang, sebelum bersekolah sepasang kakak berdaik yang tinggal di gubuk semi permanen yang satu atap dengan gudang sampah dan berhalaman rel kereta api itu menghabiskan sepanjang harinya di jalanan untuk mengemis bersama ibunya. Ia berangkat pagi dan pulang pukul Sembilan malam.
“Saya pernah bertemu kedua anak itu, bersama ibunya mengais risky smpai tengah malam di angkringan PKL sepanjang trotoar Universitas Airlangga” tutur salah seorang relawan baru pada kru kalimasada.
Dan ketika Mawar dan Melati ditanya kemana saja mengemis selama ini, rupanya dia belum bisa mendiskripsikan dimana saja ia mengemis. Didaerah mana ia belum paham karena ia Cuma berjalan bersama ibunya, berjalan kemana saja terserah ibunya.

Mereka Cuma ikut saja.
“Ndak ngerti mas…! Pokoe melu mak… “ ujar Melati sambil tersipu-sipu malu karena memang sebenarnya dia malu jika diejek temen-teman sekolahnyakarena pekerjannya. Apalagi jika ditanya pekerjaan orang tuanya oleh guru, mahu tak mau mereka harus menahan malu karena teman-teman mereka menimpali dengan serempak “Mengemis, nagamen”.
Maka dari itu ia tidak mau sekolah TK hingga bertahun-tahun. Namun dengan kehadiran Rumah belajar Pandawa mereka jadi termotivasi untuk belajar. Mereka jadi tahu belajar itu ternyata menyenangkan, dan tidak membosankan seperti yang menghantui benaknya bertahun lamanya.
“Seneng mas… iso ketemu teman dan belajar bersama” tambah Mawar ketika ditanya bagaimana persaan di belajar di Rumah Belajar Pandawa.

Motivasi untuk Rajin Belajar
Pada bulan Oktober  dan November Rumah Belajar Pandawa kedatangan Relawan tak tetap dari Universitas Katolik Widia Mandala atau biasa di singkat UWM. Relawan yang terdiri dari sembilan mahasiswi semester satu mereka meluangkan waktu kuliyahnya guna turut mengejar bersama di taman setiap hari Senin malam.
Kedatangan para mahasiswi tersebut, memberi  warna tersendiri di hati anak didik Rumah Belajar Pandawa. Bahkan dampaknya membuat mereka makin mengenal banyak guru dari berbagai latar belakang.
Jika biasanya guru mereka di dominasi mahasiswa IAIN yang berlatar belakang pendidikan Islam, Humaniora Islam dan social Islam yang bersuku Jawa. kini dengan kehadiran mahasiswi UWM mereka bisa mengenal  guru-guru dari latar belakang lain, latar belakang farmasi dan dan bahasa inggris member warna tersendiri bagi anak didik. Keberagaman etnis yang dibawa mulai dari Jawa, Madura, Batak, Timor hingga keturunan Hokkian tiong Hoa membuat anak-anak mengenal keberagaman dan menghargainya sebagai wujud kebenekaan.
“Saya bersyukur diberikan kesempatan untuk mengajar disini, karena dibanding dengan mahasiswa yang mendapat tugas mengajar di tempat lain, ternyata disinilah yang paling menantang dan tepat sasaran” tutur Mia, salah satu mahasiswa UWM yang oleh teman-temannya didaulat sebagai juru bicara.
“Disini itu pokoknya apa adanya dan tidak dibuat-buat, sehingga tidak heran jika para anak didik menjadi berprestasi baik disekolah maupun  di luar sekolah” Tambah Carolina penuh semangat.
Menurut ketua rumah Belajar Pandawa Ali Airlangga, kehadiran  para relawan diharapakan mampu memberi inspirasi bagi anak didik Rumah Belajar Pandawa sehingga mereka jadi lebih bersemangat untuk belajar untuk mewujudkan cita-citanya.

Minggu, 21 Oktober 2012

D-Qurma

D-Qurma (Daging Qurban Untuk Masyarakat)

Rasulullah bersabda:
Siapa yang memiliki kelapangan dan tidak berqurban, maka jangan dekati tempat shalat kami.”
(HR Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim).
...


...
Selama ini penyebaran daging Qurban terpusat di kota-kota besar. Hal tersebut mengakibatkan pendistribusian daging Qurban kadang kurang tepat sasaran. Dengan program “D-Qurma” Insya Allah saudara-saudara kita di desa juga merasakan semarak Hari Raya Qurban.

Mengapa pesan di RB PANDAWA:

1. Insya Allah harga tidak lebih mahal dari pasaran
2. Keuntungan penjualan bernilai SHODAQOH (pendukung program sosial dan dakwah)
3. Dengan mengikuti program Daging Qurban Untuk Masyarakat, anda dapat menyalurkan hewan Qurban TEPAT SASARAN ke daerah-daerah tertinggal.
4. Kami juga melayani pemesanan Hewan Qurban yang dikirim ke rumah atau sesuai alamat pengiriman yang diminta.

KAMBING:
Disalurkan: Rp. 1.100.000
Dikirim kerumah: Rp. 1.350.000

SAPI
Sapi : Rp. 9.000.000

Jumat, 10 Agustus 2012

Meriahnya Pandawa Firstival Anniversary


    25 Juni 2012, Hari yang di tunggu-tunggu oleh segenap murid pandawa akhirnya tiba juga. Para ibu-ibu dan anak-anak berkumpul riang dibawah tenda ukuran 2 x 3 meter yang menutup jalan Lumumba dalam RT 1. Mereka begitu seksama mengikuti acara demi acara yang disiapkan oleh para relawan pandawa selama hampir dua bulan itu.
    Suguhan acara yang atraktif dimulai dengan pembacaan ayat suci al quran, deklamasi puisi berjudul ibu, pidato, atraksi pencak silat dan drama yang kesemuanya di persembahkan oleh murid-murid rumah belajar pandawa.  Satu lagi acaranya yang paling dinantikan oleh para ibu-ibu yang  hadir, season itu adalah ceramah agama oleh H. Sumarkand seorang ulama dari IAIN Sunan Ampel Surabaya yang acap kali di jumpai dalam acara pengajian rutin di TVRI Jawa Timur serta beberapa radio swasta di Surabaya dan sekitarnya. 
    Dalam kesempatan itu, beliau yang lekat dengan sorban putihnya menyampaikan tentang isra miraj sesuai permintaan para warga Lumumba kepada relawan pandawa yang mengusulkan pengajian menyambut isra miraj.
    Seperti biasa dengan gaya kocak khas kyai, selain mempu memberi  kesejukan bagi para ibu, juga mampu menabur kerenyahan suasana. Sehingga seringkali menimbulkan gela tawa yang tidak tertahan. Akibatnya suasana yang telah renyah jadi semakin meriah. Beliau juga memesankan pada seluruh hadirin untuk memaknai isra miraj sebagai pelajaran ketabahan, serta senantiasa mengamalkan souvenir Isra Miraj yang dititipkan pada Rosullulah bagi seluruh umatnya.  Souvenir tersebut adalah shalat lima waktu.
Sajian Atraktif
    Yang tidak kalah menarik dari perayaan ulang tahun pertama rumah belajar pandawa ini adalah sajian hiburan dari para murid pandawa sendiri, mereka menyajikan kreatifitas sesuai bakat mereka masing-masing setelah di latih selama satu bulan.
    Pada persembahan deklamasi puisi berjudul ibu suguhan Faradila, sebagian hadirin yang didominasi oleh para ibupun tak kuasa menahan air mata. Mereka tampak mengharu biru dan bangga atas sanjungan dalam sajak-sajak yang dirangkai oleh taufik ismail itu. Bahkan ibu faradila yang menyaksikan tak kalah harunya, airnya matanya tak sekedar menetes, tapi juga berlinang bagi air terjun dipipinya. Sesekali ibu tiga anak ini mengusap buliran bening itu dengan jilbabnya.
    Haru biru berakhir dan berganti pentunjukan mendebarkan yang dibumbui gela tawa kala murid pandawa yang menekuni pencak silat  Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Pandawa. Sorak te[uk tangan berkali-kali terdengar saat satu persatu jurus pencak silat dipertontonkan. Duel antara satu lawan tiga, seperti layaknya seorang kesatria dikriyok para penjahat juga di ekspresikan kelima murist PSHT Pandawa.
    Pada malam penutupanya aksi dai cilik  Prahasta Bagus Ardana juga tidak kalah heboh. Meski agak malu karena tampil dihadapan para penonton, namun dia bisa membawakanya dengan penuh percaya diri.  Setalah itu guru-guru (relawan) RB.Pandawa  membagikan tas, buku pelajaran  serta  peralatan sekolah kepada  semua murid. Ucapan syukur dan terimakasih kepada para donatur yang selama ini telah banyak membantu lembaga pendidikan arternatif bagi puluhan siswa yang kurang mampu, seniman jalanan, agar dapat meraih cita-citanya disampaikan oleh Prabu Ali Airlangga selaku direktur RB.Pandawa.

Jumat, 29 Juni 2012

BerBuAh yuk




Musim Liburan telah datang,
pasti hati jadi senang
Senang karena dapat liburan istimewa bersama orang-orang special,  gembira juga jika waktu masuk sekolah tiba kita udah siap-siap memburu pernak-pernik kebutuhan sekolah. Berburu tas baru, seragam baru, buku baru, kendaraan baru. Pokoknya serba baru deh…..
Ups,,,, tunggu dulu!
Saat kita dengan royal merogoh kocek  untuk perangkat serba baru, kadang kita lupa ada mereka yang  gak seberuntung kita.  
Apa mereka juga hunting pernak-pernik serba baru untuk sekolah? atau jangan-jangan SPP bulan kemarin bahkan belum terbayar atau ijazahpun belum tertebuskan?  Sedih banget kan… :(
Nah, ga perlu terlalu lama ikut bersedih,
sekarang saatnya ikut beraksi membantu meringankan beban mereka yang papa. Rumah Belajar Pandawa kini mengenalkan program kerennya nih. Nama programnya adalah “BerBuAh: BERbagi BUku dan hadiAh”.  Program ini mengajak seluruh kawan-kawan Pandawa untuk ikut serta membantu  memenuhi kebutuhan sekolah. Ada dua cara nih untuk partisipasi program ini  :D
Cara pertama
Cara ini adalah melalui donasi tunai senilai 50.000 rupiah, donasi ini akan direalisasikan menjadi tas, buku dan alat tulis lainnya, untuk donasi  75.000 akan ditambah seragam sekolah, nah kalo yang  donasi 100.000, berarti telah menyumbang tabungan pendidikan.
Uang donasinya bisa dikirim ke nomer rekening berikut
Bank jatim : 0017204246 a/n Rumah Belajar Pandawa
Bank BTN: 00064-01-001188-1 a/n Rumah Belajar Pandawa
Bank Mini Syariah: 01.11.001362.01
Cara kedua
Nah,, buat yang uang jajannya pas-pasan, atau kurang sreg g donasi pake uang, kalian bisa kok donasi berupa barang. Bisa buku tulis, buku bacaan, boneka, permaninan atau apa saja yang berguna buat mereka.
Oh ya, kalo kalian punya buku yang udah jarang dibaca, seragam yang udah ga dipake atau apa saja yang barang bekas kalian. Boleh kok disumbangkan buat anak-anak Laskar Pandawa. Sayang kan kalo dianggurin, apalagi dibuang.
Eits,,, berapapun donasi anda atau apapun sumbagan anda, yang pasti kami akan memberi marchendese cantiQ tanda terima kasih karya anak-anak Laskar Rumah Belajar Pandawa. Sebagai kenang-kenangan bahwa telah menjadi bagian dari pengabdian kami.
Nah , kalo udah gini tunggu apalagi ?
Buruan ikutan program ini, n jika butuh info lebih lanjut silahkan klik FB: di facebook/rumah belajar pandawa. Atau bisa hubugi di nomer 085735727647 (kaka awan) 085852456350 (kaka ali)