Jumlah pengunjung

Senyum Indah Mereka Adalah Anugerah

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

This is default featured slide 2 title

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

Mengabdi Pada Masyarakat

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

This is default featured slide 4 title

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

Mari Bergabung Bersama Kami

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

Selamat Datang di BLOG RUMAH BELAJAR PANDAWA

Minggu, 07 April 2013

Guru Garda Depan bagi Proses Pendidikan

Oleh : Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si (Dewan Pembina Rumah Belajar Pandawa)
Dewan Pembina  Rumah Belajar PANDAWA
  
Kurikulim pendidikan merupakan isu yang terus dibicarakan bagi genap praktisi, akademisi serta pemerintah. Hal ini dikarenakan pendidikan, tetap dianggap sebagai instrumen penting dan esensial bagi pengembangan manusia Indonesia di dalam menghadapi globalisasi menuju tahun  Indonesia emas 2045.
Namun terkadang Isu anggaran tentu saja sudah merupakan isu klasik di dalam konteks pembangunannya nasional, akan tetapi Isu anggaran masih tetap di perdebatkan.  Menurut analisa saya problem yang tidak kalah penting adalah mengenai guru. Semua masih sependapat bahwa kunci keberhasilan pendidikan terletak pada kualitas guru dan profesionalitas guru. Negara dituntut untuk manapun, meskipun teknologi sudah menjadi bagian tidak terpisahkan bagi dunia pendidikan, akan tetapi peran guru di dalam proses pembelajaran tetaplah menjadi kata kunci sukses pendidikan.
Mari kiata bersama menengok peran Rumah Belajar Pabdawa yang ada di kota Surabaya. Sebagaimana diketahui bahwa tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan adalah kewajiban seluruh komponen bangsa. Pendidikan memang bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat. Oleh karena itu, setiap prakarsa untuk mendirikan dan menyelenggarakan pendidikan pada level apapun, tentu harus didukung, dibantu bahkan diapresiasi secara memadai.
Pada  diskusi di Komite Pendidikan Nasional, saya sering berpesan bagaimana penyiapan guru di dalam menghadapi perubahan kurikulum ini. Apakah guru sudah siap menghadapi perubahan kurikulum. Jangan sampai kurikulumnya berubah tetapi mindset guru tidak berubah. Sama saja antara kurikulum yang sebelumnya dengan kurikulum yang baru. Karena menyangkut perubahan mindset guru, maka tentunya harus disiapkan secara memadai tentang kesiapan guru ini.
Guru tidak boleh berubah di dalam fungsinya sebagai transformer ilmu dan pamong bagi para siswa. Selain itu  contoh di dalam kehidupan masyarakat. Sebagai transformer ilmu pengetahuan maka di dalam dirinya harus ada mindset untuk melakukan yang terbaik bagi profesinya sebagai guru dan sebagai pamong maka dia akan membimbing ara siswanya di dalam proses pencarian kebenaran yang berbasis pada ilmu pengetahuan.  Guru adalah contoh bagi para siswa di dalam karakter dan tindakan. Di dalam konteks Jawa, guru disebut kependekan dari kata digugu lan ditiru atau yang diikuti kata-katanya dan diikuti tindakannya.
Guru merupakan Garda Depan bagi proses pembelajaran dan pendidikan. Dialah yang akan menentukan apakah pendidikan Indonesia berhasil atau tidak. Sebagai Garda Depan, sesungguhnya para guru telah memperoleh penghargaan sebagai guru profesional, yaitu guru yang telah memperoleh pengakuan sebagai pekerja profesional, sebagai-mana dokter, ahli teknik,  hukum dan sebagainya.
Sebagai pekerja profesional yang diakui oleh undang-undang, maka status guru tentu sangat dihormati. Tidak  hanya dari segi pendapatannya, akan tetapi juga dari sisi penghargaan yang layak. Jika dulu para guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa disebabkan oleh kurangnya penghargaan terhadapnya, maka sekarang tentu tidak bisa lagi disebut dengan sebutan tersebut.
Kurikulum bagaimanapun baiknya tentu masih sangat tergantung kepada para guru. Oleh karena itu perubahan mindset para guru tentu menjadi sangat penting sebagai prasyarat keberhasilan implementasi kurikulum. Dengan demikian, keberhasilan penerapan kurikulum 2013 juga sangat bergantung kepada perubahan mindset para guru di dalam mendidik para siswa.
Kurikulum sebagai dokumen adalah variabel instrumen keberhasilan pendidikan. Akan tetapi yang menjadi variabel substansialnya adalah para guru. Instrumen musik adalah kumpulan  bunyi-bunyian yang akan bisa dinikmati dengan menyenangkan jika dimainkan oleh para pemain musik profesional. Jadi pemain musik yang ahlilah yang akan menentukan apakah sebuah sajian instrumen musik bisa dinikmati atau tidak. Demikian pula guru yang berkualitas lah yang akan menentukan apakah pendidikan akan bisa menjadi wahana bagi pengembangan kapasitas manusia atau tidak. Tanpa guru yang baik dan berkualitas rasanya jangan pernah bermimpi bahwa pendidikan Indonesia akan naik peringkat di dalam ranking kualitas pendidikan di dunia.
Kehadiran rumah belajar yang didesain secara khusus tentunya bisa menjadi alternative bagi program pembelajaran yang berdaya guna.Oleh karena itu, tugas Rumah Belajar Pandawa adalah menyelenggarakan pendidikan berbasis kerakyatan tersebut, namun demikian ke depan memiliki prospek sebagai lembaga pendidikan yang diakui oleh masyarakat dan juga pemerintah sebagai lembaga pendidikan yang baik.
Wallahu a'lam bialshawab.


Kamis, 04 April 2013

Prabu Ali Airlanga

Bila harus memilih antara melanjutkan pendidikan S2 dan mengabdi pada masyarakat, tentu Anda akan memilih yang pertama.
Namun pilihan kedualah yang dipilih oleh Prabu Ali Airlanga mahaiswa alumni Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya. ”Saya sangat senang melihat adik-adik saya mengabdikan dirinya pada masayrakat ketimbang melakukan hal-hal yang negatif. Meski saya harus menunda progam untuk melanjutkan belajar saya ke jenjang S2,” ucap Prabu Ali. Di samping itu mereka butuh bimbingan serta bantuan yang nyata untuk bisa mewujudkan  Rumah Belajar PANDAWA. Dan mereka menunjuk saya untuk menjadi direktur PANDAWA. Lanjut Prabu Ali Airlanga menjelaskan dengan senyum ramahnya.
Untuk menghadapi masalah pendanaan, pemuda 24 tahun itu mengajarkan pada adik-adiknya tentang nilai loyalitas dalam perjuangan. ”Saya tidak ingin sampean hanya mengandalkan bantuan dana dari orang lain. Kita harus rela untuk patungan demi mewujudkan PANDAWA” ucap Prabu Ali kepada pengurus PANDAWA.
Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk di kota besar yang tidak dibarengi dengan meningkatnya kesejahteraan, mengakibatkan semakin tingginya ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat. Seiring dengan semakin padatnya populasi penduduk yang tidak diikuti peningkatan penghasilan perkapita, menjadikan masyarakat memiliki beban berat dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan hidup manusia meliputi sandang, pangan, dan papan. Serta kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat pula terutama di negara berkembang, salah satunya Indonesia. Jelas direktur PANDAWA.
Lanjut Prabu Ali Airlanga, mantan ketua paguyuban teater ‘Q’ Surabaya, Pemenuhan kebutuhan pendidikan baik formal maupun nonformal sangat dibutuhkan. Menurutnya, hal ini dapat memberikan dampak yang besar terhadap penduduk dalam rangka peningkatan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) bangsa kita. Saat ini pendidikan luar sekolah memiliki peranan yang tidak kalah penting. Pendidikan ini berfungsi untuk membantu anak didik untuk memaksimalkan potensinya yang mungkin belum seluruhnya bisa diperoleh melalui jenjang pendidikan formal.
”Pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang merupakan amanat yang semestinya kita lakukan bersama,” tegas  pentolan PANDAWA. Oleh karena itu, sudah menjadi tanggung jawab Negara serta kita selaku warga Negara untuk turut terlibat dalam masalah-masalah di bidang pendidikan, seperti masalah pengawasan dan pembiayaan.
Senada dengan Nur Syam, lelaki yang mendapatkan gelar Profesor dalam bidang sosial, pendirian Rumah Belajar tentu sangat strategis ke depan. Sebagaimana diketahui bahwa tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan adalah kewajiban seluruh komponen bangsa.
Pendidikan memang bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat. Oleh karena itu, ”setiap prakarsa untuk mendirikan dan menyelenggarakan pendidikan pada level apapun, tentu harus diapresiasi secara memadai” kata Nur Syam.
Seirama dengan kemajuan zaman dan semakin menyeruaknya kapitalisme pendidikan, maka mendirikan rumah-rumah belajar bagi kalangan masyarakat ekonomi lemah adalah sebuah gagasan yang unik. Melalui model-model rumah belajar yang pembiayaannya sangat murah bahkan gratis, maka akan bisa menjadi antithesis bagi pendidikan berbasis kapitalisme. Dengan demikian, jika model-model ini berhasil, maka tentunya akan dapat ditularkan atau didiseminasikan ke tempat lain yang memiliki karakter yang sama atau hampir sama. Nur Syam selaku pembina PANDAWA. menyatakan ”Seharusnya pemerintah menghargai terhadap prakarsa masyarakat semacam ini”. 
Tambah lelaki separuh baya itu ”Saya berkeyakinan bahwa jika model-model rumah belajar itu didukung oleh kebijakan pemerintah dan didukung oleh masyarakat secara memadai, maka model belajar rakyat semacam ini akan bisa menjadi alternatif lain bagi program pendidikan di masa mendatang. Oleh karena itu seharusnya pemerintah memberikan dukungan kebijakan dan anggaran. Sehingga mimpi anak bangsa untuk terlibat dalam proses pendidikan bangsa akan bisa terwujud”.
”Rasa semangat serta kesadaran generasi muda yang ingin mengabdikan diri kepada masyarakat dan bangsanya melalui media pendidikan, patutnya dibimbing dan diarahkan,” ujar Nur Syam mantan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya. ”Selain itu mereka juga mengamalkan dari amanat Tri Dharma perguruan tinggi. Maka dari itu saya mendukung dan menyetujuinya. Selain itu saya juga siap untuk dimintai bantuan agar niatan yang baik tersebut dapat terwujud,” bebernya.
“Munculnya suatu anggapan  bahwa tujuan seseorang untuk belajar adalah setelah lulus bisa mendapatkan pekerjaan dan menjadi orang kaya adalah anggapan yang kurang tepat. Cara pandang masyarakat terhadap nilai-nilai  pendidikan  sangatlah keliru. Sebab tujuan dari pendidikan adalah mencerdaskan generasi negeri serta menghilangkan kebodohan,” papar Prabu Ali Airrlangga.
Ditemui saat selesai mengajar murid-muridnya, Prabu Ali menyampaikan, ”Jika masyarakat dibenturkan pada suatu kenyataan  di abad mutakhir ini, banyak dari mereka yang mempunyai persepsi bahwa ukuran  dari tingkat yang paling urgen tak lain hanyalah perihal tentang pemenuhan kebutuhan material semata,” lanjut  lelaki 24 tahun jebolan  Fak. Syariah Jurusan Ahwalus Syakhsiyah (Hukum Keluraga Islam). ”Masyarakat modern mempunyai suatu anggapan  bahwasannya ukuran keberhasilan penyerapan ilmu ditentukan pada saat ujian akhir dan dalam wujud angka-angka. Padahal itu semua keliru”.

Impiyan Yang Nyata
Mengentaskan anak-anak miskin dari kebodohan. Mereka berjuang bersama teman-temanya untuk merangkul  anak jalanan (ANJAL) pengemis, pemulung, preman, pekerja sek komersial serta  pedagang asongan  agar mereka mau menitipkan putra-putrinya untuk belajar bersama di Rumah Belajar PANDAWA.
Itulah impian yang ingin diwujudkan oleh lima pemuda. Mereka adalah Mukhammad Makmuri, Mukhammad Ridwan, Abdullah Kafaby, Amar Munawar  serta M. Ali  Shodikin atau biasa dikenal Prabu Ali Airlanga. Selaku generasi muda mereka mempunyai suatu gagasan yakni mendirikan sebuah rumah belajar bagi anak-anak yang tidak mampu.
Mukhammad Ridwan mengatakan. ”Sistem pengajaran yang memuaskan akan menjadi senjata ampuh dalam mengembangkan rumah belajar tersebut.” Hal yang cukup menarik di sini adalah penggunaan modal dan sumber daya manusia yang terbatas (patungan uang pribadi, red). Namun, mampu memberikan pelayanan yang terbaik sebagai salah satu solusi. Maka dengan nama Rumah Belajar PANDAWA (Papan Pendidikan Kawula) yang diresmikan oleh Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si, lima pemuda tersebut dapat terwujud pada Rabu, 18 Mei 2011 di balai RT Desa Lumumba Dalam Gang Buntu RT I/ RW I Kelurahan Ngagel Kecamatan Wonokromo Surabaya.
Karena tekad yang kuat  untuk mengabdikan diri kepada masyarakat dan bangsanya melalui media pendidikan, maka tidak mustahil berdirinya lembaga pendidikan seperti Rumah Belajar PANDAWA adalah salah satu jalan untuk membuka beragam ruang-ruang sosial yang mengolaborasikan semua ragam yang ada.
”Untuk menjalin sebuah kebersamaan dan keanekaragaman perspektif kelompok-kelompok sosial, maka dengan rumah belajar ini mereka  bisa mendapatkan pendidikan yang setara dan berkualitas,” kata Ridwan selaku sekretaris PANDAWA.
Awal berdirinya PANDAWA, kami hanya bermodalkan rumah kontrakan yang dimiliki oleh salah satu warga. Kami memanfaatan rumah yang sengaja kami sewa, lokasi ruang tamu, balai RT yang berada bersebelahan dengan markas PANDAWA, musholah al-Mukhlisin dan taman terbuka di sebrang jembatan kali Jagir sebagai lokasi belajar. Ini bisa dibilang sangat strategis, karena terletak di perkampungan padat penduduk.
Radius tiga kilo meter dari markas PANDAWA, terdapat sekolah mulai dari tingkat TK, SD, SMP sampai dengan SMA. Di samping itu lokasi ini berdekatan dengan tempat anak jalanan untuk beroperasi. Dengan kapasitas tempat yang memiliki empat ruangan yang dimanfaatkan sebagai kelas, maka tiap kelas dapat menampung 10-15 siswa. ”Keseluruhan dapat menampung kurang lebih 30 siswa.” Tegas Ridwan.  Dengan fasilitas yang standar,  diharapkan dapat meminimalisir cost dalam variable cost. ”Kami tidak menyediakan fasilitas yang mewah. Tetapi kami menyediakan pengajaran yang berkualitas,” pesan orang nonor dua di PANDAWA.

Dekati anak-anak untuk Sadarkan Orang Tua

WONOKROMO - Rumah Belajar Padwa yang berada di kawasan bantaran rel dan Kali Jagir, Wonokromo, kini punya jujukan yang mendidik. Itu terjadi setelah sebuah perpustakaan yang diprakarsai Rumah Belajar Pandawa dan Rotary Club Surabaya Timur diresmikan kemarin (2/4). Perpustakaan yang memiliki koleksi 300-an buku berbagai jenis itu bersifat "tumpangsari" dengan Balai RT 1 RW 1 Kelurahan Ngagel. "Lokasinya menumpang di balai RT. Sebab, sewa di tempat lain mahal," jelas Ketua Rumah Belajar Pandawa M. Ali Shodikin. Pihaknya sengaja memilih lokasi di sekitar bantaran rel karena di tempat itu banyak warga miskin kota. Alumnus IAIN Sunan Ampel tersebut berharap, lembaga nonformal itu menjadi partner Perpustakaan Kota Surabaya dalam mengakomodasi anjal serta pemulung yang aksesnya terbatas. Public Relation Rotary Club Surabaya Timur Nunik Silalahi turut mendorong meratanya pendidikan di kalangan anjal. "Peresmian perpustakaan ini merupakan program pendirian 20 pondok baca baru yang dicanangkan Rotary pusat se-Indonesia pada Maret lalu," terangnya. Setelah berkoordinasi dengan Rumah Belajar Pandawa, mereka baru dapat merealisasikannya awal April ini. Mengenai lokasi, kata pimpinan lembaga kursus Citraretna Wedding Gallery itu, pertimbangannya banyak anak usia sekolah yang membutuhkan edukasi karakter secara formal dan informal. Di daerah setren rel dan Kali Jagir, kata dia, diperlukan pendekatan yang tidak mudah kepada warga. Terutama, orang tua anjal. "Dengan pendekatan melalui sang anak, mudah-mudahan orang tuanya semakin sadar atas perlunya ilmu pengetahuan," tuturnya. (sep/c8/diq)

Rabu, 03 April 2013

Peresmian Perpustakan RB PANDAWA


Add caption




Majalah Pandawa Kalimasadah edisi 1 April 2013

Pembaca yang dirahmati Allah,
    Pada edisi triwulan pertama Ampril 2013  ini patutnya kami semakin mendekatkan diri kepada para pembaca, agar kami bisa lebih dekat. Sesuai dengan namanya. Media PANDAWA Kalimasada, merupakan wadah menuangkan gagasan kreatifitas tentang kehidupan anak jalanan serta masyarakat miskin kota. Media ini menjadi tempat berdialog suara-suara hati masyarakat marjinal. Namun  media PANDAWA Kalimasada berusaha memberikan sajian dengan gaya penulisan 'feature'. Ketajaman analisa di berbagai disiplin ilmu jurnalis adalah pedoman kita.
    Dengan gaya pemberitaan yang segar dan original dengan durasi terbit satu bulan sekali, ditambah akurasi investigasi yang mendalam, mengantarkan media PANDAWA Kalimasada menjadi bagian yang dinanti-nanti oleh masyarakat Jawa Timur. Karena kami yakin pangsa pasar media yang lain tidak akan menyoroti fenomena tersebut.
    Pada edisi ini kami menyajikan dua rubrik utama. Yakni rubrikLembar Utama  dan juga Jendela Pandawa. Untuk rubrik Lembar Utama kami mengangkat tema “Mengais Rejeki di Pulau Dewata”.  Liputan tersebut merupakan kisah salah seorang murid  RB Pandawa yang sehari-hari berprofesi sebagi pekerja seni topeng monyet.
    Sedangkan untuk rubrik Jendela Utama, kami memberitakan prosesi berdirinya perpustakan mandiri yang diperuntukan pada masyarakat di daerah Rumah Belajar Pandawa . Dua menu utama yang kami sajikan, semoga bisa menjadi penyemangat serta tambahan informasi untuk kita semua. ……
                           Selamat Membaca...............!

Mengais Rejeki Ke Pulau Dewata

  (Aksi pekerja Seni Topeng Moyet. Usaha kersa Haris dan Putra saat menghibur para demawan,  demi mengaisrecehan rupiah untuk membeli sesuap nasi, mereka terpaksa putus sekolah dan pergi kepulau Dewata Bali)


            Pulau bali, pulau dewata nan indah sebagai perpaduan dari pesona alam yang menawan dan keelokan budaya yang eksotik. Pantai  Kuta, Sanur, Uluwatu, Tanah Lot dan nuansa pegunungan adalah anugerah tuhan yang menjadi sebagian keindahan alam yang mempesona di bali. Dan keindahan alampun menjadi rangkaian inspirasi para seniman bali semisal tarian pendet, leak, seni pahat dan lukisan. Berpadu pula dengan budaya yang terpelihara sejak berarabad-abad silam. Oleh karenanya tidak salah jika bali menjadi  rujukan utama wisata Indonesia bahkan dunia.
            Jika sebagian masyarakat berkunjung ke bali untuk menimati segala eksotika yang disajikan oleh pulau dewata tersebut, namun tidak bagi  dua anak laki-laki yang pernah menjadi murid rumah belajar pandawa. Sebut saja mereka putra dan haris. Mereka bersama dua teman lainnya pergi ke pulau dewata untuk mengais rezeki dari lalu lalang orang yang dengan perasaan riang datang ke bali bersama bekal limpahan rupiah di kantong.
            “saya di sana kerja jadi pengamen” tutur putra yang masih berumur 17 tahun, seperti di Surabaya, kami ngemen kethekan (topeng monyet, red)” tambah haris yang umurnya satu tahun lebih muda. Mereka kemudian menuturkan bagaimana mereka berangkat menuju pulau dewata menumpang bis  dengan uang yang minim.
            Karena keterbatasan tersebut Mereka tidak langsung menumpang bis jurusan bali. Mereka berhenti di beberapa kota untuk  menampilkan seni topeng monyetnya guna mengumpulkan lebih banyak rupiah guna menambah ongkos menuju pulau dewata selain itu juga menyambung hidup selama perjalanan. “kalo gak gitu kami ndak bisa makan” terang putra mengiba. Ia juga menambahkan bahwa dengan begitu perjalanan memakan waktu berkali-kali lipat jika disbanding dengan perjalanan pariwisata biasa.

Bali Menyambut

            Setelah menempuh perjalanan selama lebih dari seminggu dan menyeberangi pelabuhan ketapang ke gilimanuk, akhirnya mereka tiba  di pulau dewata. Ditengah pemandangan yang elok dengan gunung berparas hijau berpadu laut berselimut biru bukan berarti perjalanan telah berakhir, karena artinya mereka harus memulai permaianan permulaan di pulau bali.
            Disanalah pertunjukan yang sebenarnya hadir untuk dipamerkan diantara hiruk pikuk glamournya pariwisata. Jika hampir seluruh anak seusia mereka datang ke bali untuk menikmati santainya liburan demi membebaskan fikiran mereka dari beban di rumah. Mereka justru menampilkan atraksi topeng monyet dari rumah ke rumah, mereka juga membidik pusat keramaian. Dan seperti biasa mereka menghapus kata rasa malu dari perbendaharaan kata mereka.  Dengan percaya diri mereka beraksi bersama monyet yang telah terlatih itu hingga rupiah demi rupiah terkumpul. “kami main di depan para turis lokal, berharap mereka memberi lebih dibanding di perkampungan” Jelas haris menggambarkan keadaan di sana. Dari hasil pertunjukan topeng monyet ia kumpulkan kemudian dibagikan secara rata pada tiap personel yang terdiri empat anak tersebut.
 
Hidup Yang Berat

            “ya kami kumpulkan uangnya untuk dibawa pulang kan ayah saya lagi sakit”. Terang putra ketika disinggung kemana hasil yang turkumpul. Memang putra sejak kecil tinggal hanya bersama ayah dan kakaknya. Sementara ibunya merantau menjadi Tenaga Kerja Wanita di Arab Saudi . Namun hampir setahun ini ibunya  tidak bekerja karena sedang sakit.
            Lebih malang lagi setahun lalu ayah putra juga tertimpa musibah kecelakaan yang melibatkan mobil taksi yang dikemudikannya dengan truk  di jalan tol jagorawi, akibatnya kaki ayahnya patah dan sampai saat ini belum juga sembuh. Bahkan kini ia harus intensif dirawat dirumah sakit.
            Praktis mulai saat itu tidak ada tulang punggung keluarga yang menghidupi kakak dan dia.  Sementara disaat yang sama ia berjuang menghadapi kelulusan SMP. Paska kelulusanpun ia kelimpungan karena biaya masuk SMA swasta sangat tinggi. Apalagi tak lama berselang kakaknya ditangkap oleh polisi karena terlibat kasus penyalahgunaan narkoba. sebagai pengedar ia di ancam hukuman 4 tahun penjara.
            Himpitan ekonomi memang sering kali membuat manusia gelap mata, apalagi didukung lingkungan tempat mereka tinggal yang terbilang minus. Sehingga dengan mudah pergaulan kelam menenggelamkan mereka dalam pekatnya dunia hitam. Bahkan saking depresinya putra mengaku sempat pernah menjadi pengguna narkoba. Menurut dia diawal pengenalannya dengan narkoba ia sempat mampu merasa rileks dan nyaman. Namun  semakin lama ia semakin ketagihan bahkan dosis yang ia butuhkan agar sampai pada titik nyaman semakin tinggi.
            Apalagi jika awalnya ia mendapat secara cuma-cuma namun saat kebutuhan obat makin tinggi  ia harus membayar dengan harga mahal. Dengan mahalnya harga yang harus ia bayar ia makin giat ngamen topeng monyet sampai akhirnya ia putus sekolah karenanya. Masa muda yang cerah akhirnya terkorban demi kenikmatan sesaat yang menyesaatkan.[]awan, al

Jerat Belenggu Narkoba


Berkat informasi dari beberapa temannya yang aktif di rumah belajar pandawa akhirnya direktur rumah belajar Pandawa turun tangan untuk mengatasi ketergantungan putra terhadap narkoba.
“Anak seperti putra memang rentan terpengaruh” Tutur Prabu Ali Airlangga terkait anak didikanya, “ia memerlukan pendekatan yang cukup serius, sebab sebagai anak broken home benteng mental utama jadi tidak berfungsi” tambahnya, ia juga menuturkan bahwa melalui berbagai terapi berangsur-angsur mampu mengurangi ketergantungan para murit yang menjadi dampinganya untuk keluar dari belenggu terhadap narkoba. Terapi-terapi tersebut bertujuan untuk mengalihkan perhatiaanya terhadap ketergantuangannya akan narkoba. 
 Sampai akhirnya usaha yang dilakukan membuahkan hasil, beberapa anak didiknya yang awalnya masuk ke rana narkoba  berkat bantuan teman-temannya yang aktif di rumah belajar Pandawa yang memberi support berangsur-berangsur mulai menghakhiri ketergantuangannya akan narkoba..