Add caption |
Sugeng menuturkan jika pemerintah
tengah menggalakkan pendirian seribu TBM hingga tahun 2015 nanti. “Hal itu ada
di peraturan daerah (perda) No. 5 tahun 2009. Sejauh ini memang belum ada
penegasan dari pemerintah, tapi rencananya tahun 2012 nanti akan ditegakkan,”
tambahnya.
Rumah belajar Pandawa yang
bertempat di tepi rel kereta api, kecamatan Wonokromo, juga telah satu minggu
ini mendirikan perpustakaan mandiri. “Peraturan pemerintah menyebutkan dalam
satu RW itu hanya ada satu TBM, sedangkan RW kami ada sepuluh RT, nggak mungkin
anak-anak sini mau baca ke RT 10, kan jauh,” ujar M. Ali Shodikin, pendiri
Rumah belajar Pandawa, ketika ditanya alasan mendirikan perpustakaan mandiri.
Tujuan didirikannya rumah belajar
Pandawa sendiri adalah pengabdian Ali dan keempat temannya, mahasiswa IAIN
Sunan Ampel, kepada masyarakat dengan mengamalkan ilmu, pembelajaran anak-anak
kurang mampu, dan juga memodali mereka dengan keterampilan. Ali dan kawan kawan
juga telah melakukan survei di beberapa lokasi di kota Surabaya, sebelum
memutuskan lokasi tetap rumah belajar ini.
“ Menurut kami desa ini pantas
untuk mendapatkannya. Lokasi yang minus karena lingkungan warganya yang bekerja
sebagai PSK (pekerja seks komersial, red.), pemulung, dan pencuri. Anak kecilpun
mengamen, banyak anak yatim, juga fakir miskin,” papar mahasiswa jurusan Hukum
Islam tersebut.
Terkait perpustakaan mandiri yang
telah didirikan, karena dalam satu RW hanya ada satu TBM, Sugeng pun
menanggapi, “Sebenarnya kami tidak membatasi TBM itu harus di balai RW, namun karena yang mengajukan adalah RW dan
rekomendasi RW, masalah penempatan itu
menjadi kekuasaan RW.”
Pria yang pernah menjabat sebagai
lurah ini juga menegaskan jika ia menghendaki TBM itu ada di lokasi rumah
belajar Pandawa, karena lebih membutuhkan. “Dari hasil evaluasi kami, jika
diletakkan di balai RW yang ada di RT 10 itu targetnya kurang, namun karena mas
Ali bergeming dengan pak RWnya yang ‘kaku’, saya sendiri juga nggak bisa,”
imbuhnya.
Hal berbeda dilontarkan
Sulistyawati, istri ketua RW 1 kelurahan Ngagel, kecamatan Wonokromo. “Awalnya
memang di balai RW, namun sekarang setiap bulan bergantian di setiap RT,
dibalai RT,” ungkapnya ketika dikonfirmasi perihal lokasi TBM ini. Ia juga
memaparkan jika pengunjung TBM per harinya jauh lebih banyak di setiap balai
RT, daripada dipusatkan dibalai RW.
Rumah belajar Pandawa sendiri
telah memiliki empat puluh orang murid, yang juga pengunjung tetap perpustakaan
mandirinya. Namun diantara banyak anak-anak yang mengaku senang menimba ilmu
disana.
Aklhirnya pada akhir tahun 2012 perpustakan
kota Surabaya memberikan solusi agar dilokasi Rumah belajar Pandawa yang
bertempat di tepi rel kereta api, diberikan fasilias seperti hanya TBM ditempat
yang lain. Namun sangat disayangkan sekarang adanya kebijakan setiap TBM yang
bertempat di tepi rel kereta api harus dipindah, dikarenakan akan adanya
penggusuran. Padahal disisih lain minat baca anak-anak sudah banyak.
Untuk itu Rumah belajar Pandawa,
setiap akhir pakan mengajak murid untuk berwisata pendidikan berkunjung ke perpustakaan
milik Bank Indonesia yang terbuka untuk umum ini menempati Gedung Mayangkara
Jalan Mayangkara 6 Surabaya.
0 komentar:
Posting Komentar