Jumlah pengunjung

Senyum Indah Mereka Adalah Anugerah

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

This is default featured slide 2 title

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

Mengabdi Pada Masyarakat

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

This is default featured slide 4 title

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

Mari Bergabung Bersama Kami

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

Selamat Datang di BLOG RUMAH BELAJAR PANDAWA

Minggu, 09 Oktober 2011

Strategi Menanamkan Nilai Agama dalam Pendidikan

Pergeseran posisi manusia sebagai bagian dari alam menjadi penguasa alam akhirnya membawa bencana. Banjir bandang dan tanah longsor menghancurkan beberapa desa dan kecamatan di Kabupaten Jember, menewaskan lebih dari 60 orang, meluluhlantakkan segala harta benda, serta menghancurkan perkebunan yang selama ini diyakini sebagai penyebab kerusakan alam karena adanya alih fungsi hutan. Awal Tahun 2006 ini bencana atau musibah yang menimpa kian bertambah besar dan merata. Dipastikan setiap kali pergantian musim selalu diiringi musibah baru.

Datangnya musim hujan disertai berbagai bencana. Antara lain banjir, tanah longsor, dan berbagai penyakit. Ribuan rumah di Jawa Timur tergenang di Blitar, Situbondo, Malang, Banyuwangi, Pasuruan, dan hampir diseluruh kabupaten di Jawa Timur. Wajah seperti inipun kemudian tampak di Jawa Barat, Nangroe Aceh Darussalam (NAD), NTB (Lombok Timur dan Sumbawa), NTT, dan berbagai daerah lain. Ribuan orang harus kehilangan rumah, harta benda, bahkan sanak saudara. Ribuan anak pun tidak bisa sekolah karena sekolah tergenang air, roboh akibat banjir, maupun buku-buku basah. Jutaan hektar lahan pertanian yang menjadi sumber pencaharian masyrakat rusak, panen terancam gagal dan ternak mati.

Perspektif agama

Dari realita di atas sangat wajar bila manusia selalu mendapat bencana, seperti banjir, tanah longsor, kebakaran, gunung meletus, kekeringan, dan lain-lain, mengingat manusia -yang katanya makhluk beragama-sama sekali tidak pernah menghargai, menghormati, apalagi mensyukuri lingkungan yang telah diberikan Tuhan. Dalam perspektif agama, musibah atau bencana di negeri ini merupakan warning dan atau cobaan yang diberikan Tuhan pada hamba-Nya yang berbuat salah, yang senantiasa melakukan kerusakan-kerusakan di bumi.

Al-Qur'an sebagai sumber moral manusia dengan tegas telah menjelaskan posisi manusia-ekologi. Allah SWT menasbihkan manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi (khalifatulah fil ardi) (Q.S. Albaqarah: 30) yang berkewajiban memakmurkan dan membudidayakannya (Q.S. Hud: 61), sekaligus melestarikan dan menjaga keseimbangan (equilibrium) lingkungan" (Q.S. Arrahman: 6-9). Agar peran mulia kekhalifahan bisa berfungsi optimal, dapat mencapai dimensi kualitatifnya yang tinggi, maka manusia (kita) niscaya dengan ikhlas pada saat yang bersamaan harus melibatkan dimensi kesediaan diri untuk menegakkan kebaktian/ibadah ('abdullah). Di antaranya dengan memperlakukan lingkungan dengan penuh tanggung jawab. Karena dalam pandangan Ilahi, alam memiliki hak yang sama dengan manusia (Q.S. Al-Hijr: 86).

Konsep ekologi modern menunjukkan ayat-ayat di atas adalah dasar dari proses regulasi alam bagi makhluk hidup. Terdapat pola hubungan kemanfaatan bagi hubungan timbal balik yaitu komponen biotic dan abiotik. Hubungan tanah (bumi), udara (langit), air tumbuhan dan segala yang hidup. Sangat jelas, sekali hak alam ini kita abaikan dan atau malah kita perlakukan dengan kebuasan tak terkendali demi memanjakan hasrat primitif, sudah menjadi sunatullah, pada ambang batas yang sudah tidak bisa ditolerir lagi alam pun akan melakukan "perlawanan".

Secara khusus dalam syariat Kristen terdapat pola religius relasi manusia dengan alam semesta. Gadium et Spes bicara secara jelas tentang hubungan manusia dengan alam, semua punya moral (Rm 8:21). Serta semuanya adalah milik manusia, tapi manusia milik Kristus dan Kristus adalah milik ALLAH (1 Kor 3:23. selanjutnya manusia dapat mengembangkan anugerah jasmani rohani, menakluikkan alam semesta untuk seluruh umat manuisa (Gaudium et spes). Kristen menganjurkan dalam hal ini bahwa pembangunan lingkungan harus bertujuan mencapai mutu hidup optimum bagi masyarakat.

Agama Hindu pun mengajarkan bahwa lingkungan memegang peranan sangat penting tubuh manusia. Getaran-getaran dan gaya tarik lingkungan untuk mnedapatkan hidup yang lebih nikmat. Konteks ini memberi petunjuk dan pedoman bahwa Tuhan pencipta alam semesta menyuruh untuk memanfaatkn lingkungan hidup dan kualitasnya. Dalam agama Buddha ajaran melestarikan berasal dari pola kedisiplinan yang diterapkan oleh 227 kedisiplinan buddhis dalam "227 patimokkha sikhapada". Secara praktis (Legowo E,1997), kebajikan pada "Dasa Paramitta" menjadi modal ketaatan umat untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup yaitu dana parramita, sila paramitta, nkkhamma paramitta, panna paramitta, viriya paramitta, khanti paramitta, sacca paramitta, adithana paramitta, metta paramitta dan upekkha paramita

Internalisasi nilai

Dalam perkembangannya telah muncul berbagai gagasan menangani ketidakseimbangan lingkungan untuk perbaikan kualitas hidup yang ramah lingkungan. Pendidikan lingkungan menjadi salah satu alternative yang rasional dan diharapkan dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) tahun 1996 yang kemudian direvisi pada bulan Juni 2005. Harapan ini sangat relevan mengingat Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai bentuk aplikasi dari Undang-undang No. 20 tahun 2003 mempunyai orientasi yang lebih luas, dimana kompetensi bukan hanya ada dalam tatanan pengetahuan akan tetapi sebuah kompetensi harus tergambar dalam pola perilaku.

Jika dipandang dari segi lingkungan maka kompetensi yang dimiliki oleh siswa setidaknya merupakan upaya sadar seseorang yang dilakukan untuk menerima pengetahuan dan mengubah sikapnya tentang kearifan lingkungan menjadi lebih baik. Cara pandang agama-agama dan cara pandang kearifan local tentang lingkungan hidup akan menjadi pondasi utama dari penerapan kompetensi tersebut. Dengan kata lain nili-nilai agama akan menuntun pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang terepleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak tersebut.

Dua dari lima agenda membangun keadaban ekologis yang ditawarkan oleh Zainal Alyy Musthofa (Dumas, 20/01/06) dalam artikelnya yang berjudul "Menggagas Teologi Keadaban Ekologis" menarik untuk kita dicermati. Dua agenda tersebut adalah gerakan ecoreligism atau paham penyelarasan nilai agama untuk penyelesaian masalah lingkungan dan penggalakan gerakan pendidikan lingkungan di sekolah. Kedua alternative ini sangat wajar untuk dielaborasi mengingat agama adalah tuntunan hidup yang mutlak sementara pendidikan adalah wahana formal penanaman nilai secara dini.

Pendekatan seperti ini merupaskan sumber baru dari sebuah khasanah lama pendidikan, tradisi kearifan local dan keagamaan Indonesia. Oleh karena itu upaya menggali pendekatan ini patut mendapat perhatian dengan kata lain bahwa internalisasi nilai-nilai keagamaan sangat mutlak diarusutamakan. Titik cerah kearah tersebut sangat diharapkan apalagi dunia konservasi memerlukan ahli multidisiplin untuk menyakinkan masyarakat bahwa melindungi alam bukan sekedar memberikan proteksi, tapi ada unsur ilmu pengetahuan dan relegius yang bisa digali didalamnya dan ada pula unsur mamfaat yang bisa diambil untuk kesejahteraan manusia baik secara umum maupun dalam bentuk ibadah.

* Husamah Redaksi Pelaksana Majalah "Spora"
Jurusan Pendidikan Biologi-FKIP
dan Peneliti lingkungan pada Tim Ekspedisi Biokonservasi (TEB) Universitas Muhammadiyah Malang

Alamat:
Wisma Galapagos
Jl. Tirto Utomo IIIB/2B Malang 65151
HP:085649161485 Telp.(0341) 531298

Mendidik Anak dengan Kasih Sayang


Anak adalah anugerah dan titipan dari yang Maha Kuasa kepada kita. Sebagai titipan kita harus bisa menjaga dan memeliharanya sebaik mungkin. Karena suatu saat DIA akan mengambil kembali dari kita. Tentu saja kita harus bertanggung jawab titipan itu baik-baik saja dan tidak rusak sedikitpun.
Sangat tidak mudah menjaga dan memelihara titipan. Itu adalah tanggung jawab besar kita selaku orangtua, Setiap kita selalu inginkan yang terbaik untuk buah hati. Melakukan apapun demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Agar dia bisa tumbuh besar menjadi manusia yang benar dan berguna. Itu adalah harapan terbesar dalam diri para orangtua.
Seluruh kasih kita tumpahkan pada anak-anak. Mendidiknya sedari ia masih bayi sampai ia tumbuh dewasa. Didikan itu tentu saja bermakna sangat luas, karena memiliki banyak aspek, banyak hal yang harus diperkenalkan dan diketahui anak. Misalnya mendidik akidahnya, perilaku dan akhlaknya sesuai norma yang berlaku.
Terkadang para orang tua salah kaprah memaknai kebahagiaan anak. Demi membahagiakan anak-anak seringkali kita menjadikan materi sebagai ukuran untuk menyenangkan mereka. Dan kita bahkan membesarkan mereka dengan materi yang berlebihan.
Orang tua punya alasan sendiri-sendiri saat mereka memilih membesarkan anak dengan materi berlebih. Bisa saja karena kehidupan mereka yang sangat berkecukupan, dan anak pantas menikmatinya dan mendapatkan semua yang diinginkannya. Atau karena pengalaman masa lalu. Kehidupan orang tua yang tidak beruntung secara materi saat ia masih kecil, memberi pengaruh kepadanya untuk mendidik anak-anak.
Ketidak keberuntungan orang tua secara materi di masa kecil itu memjadi pemicu, ada yang mampu mengajarkan bahwa untuk mendapatkan sesuatu itu kita perlu usaha dulu. Dan tidak sedikit yang berpikir sebaliknya. Mereka merasa ketidak beruntungannya dulu tidak boleh dirasakan anak-anak mereka saat ini. Tetapi mereka para orang tua melakukan hal yang salah. Anak-anak dimanja degan cara berlebihan.
Pernahkah anda mendengar para para orang tua berkata “belilah nak atau ambilah nak! Dulu saat ibu/ayah seusiamu kami tidak mendapatka ini”. Atau “Apapun akan papa belikan untukmu nak” Keadaan kita di masa lalu membuat kita termotivasi untuk bekerja sekeras mungkin untuk memenuhi kebutuhan anak-anak. Hingga kadang kita lupa cara kita dalam memenuhi kebutuhan mereka tidak lagi mendidik.
Akibat dari mendidik seperti ini tentu saja akan tidak baik bagi anak-anak. Mereka akan menjadi manja dan terkadang memanfaatkan orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan mereka yang bahkan sudah sampai kelewat batas.
Banyak kasus seperti ini terjadi di sekitar kita, memenuhi kebutuhan anak dengan materi berlebihan merupakan cara terbaik menurut mereka untuk membesarkan anak-anaknya. Hingga lupa pada akibat setelah anak itu besar dan dewasa. Mereka tidak lagi menjadi anak yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Manja dan merasa telah tercukupi dan menjadikan dia lemah mudah menyerah pada keadaan.
Saat anak-anak telah dewasa dengan sifat yang seperti di atas tentu bagi orang tua tidak mudah lagi untuk merubahnya. Maka penyesalan akan muncul seketika. Banyak saya lihat orang tua yang stress menghadapi ulah anak yang seperti ini. Sudah sangat terlambat untuk menyadarinya.
Karena itu, sebelum semuanya menjadi penyesalan. Alangkah baiknya kita kembali mengoreksi cara kita membesarkan anak-anak. Yang paling mereka butuhkan dalam hidup mereka adalah kasih sayang, dan didikan yang benar. Menyanyanginya dengan materi berlimpah tanpa mengajarkan padanya cara bertanggung jawab atas apa yang didapatnya dengan mudah. Akan menjadikan dia pribadi yang rapuh.
Mungkin kita harus belajar dari cara yang dilakukan para Nabi dalam mendidik anak-anak mereka. Nabi Muhammad yang mendidik dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Nabi Ya’qup yang selalu mendidik untuk membangun interaksi positif dalam keluarganya. Nabi Nuh yang selalu menegakkan etika moral imani untuk anaknya.. Nabi Ibrahim mendidik dengan cara sangat demokratis dalam memecahkan masalah. Serta yang perlu juga diteladani adalah Luqman yang selalu mengutamakan akhirat daripada kehidupan dunia.
Semoga kita bisa menjadi orang tua yang penuh kasih sayang dalam mendidik anak. Tidak mendidik mereka dengan materi dan kemewahan yang justeru menjerumuskan mereka.

Jumat, 23 September 2011

CERITA ANAK ISLAMI (ANWAR DAN SANG BURUNG KECIL )

Ketika Anwar sedang berjalan pulang dari sekolah, hujan mulai turun sangat lebat. Setelah makan malam, sebelum memulai pekerjaan rumahnya, dia bertanya kepada ibunya apakah dia boleh melihat hujan dulu sebentar. Ibu bilang bahwa Anwar boleh melihatnya sebentar saja. Anwar melihat ke jendela dan mulai memperhatikan hujan yang turun di luar. Ada orang berjalan di jalanan dengan memakai payung, dan yang tidak mempunyai payung merapatkan diri mereka ke bangunan. Tak lama kemudian, gumpalan hujan mulai terbentuk di mana-mana. Mobil yang lewat memuncratkan air ke sisi jalan dan orang berlarian dari pemberhentian agar tidak kebasahan. Anwar berpikir betapa menyenangkannya berada di dalam rumah dan dia harus lebih bersyukur kepada Allah Yang telah memberinya makanan dan rumah yang hangat untuk tinggal. Pada saat itu juga, seekor burung jelatik hinggap di bingkai jendela. Anwar berpikir bahwa burung malang itu pasti sedang mencari tempat berteduh dari hujan, dan dia segera membuka jendela.
“Hai, namaku Anwar,” katanya. “Kamu boleh masuk kalau kamu mau.”
“Terima kasih, Anwar,” kata sang burung kecil. “Aku ingin menunggu di dalam sampai hujan reda.”
“Kamu pasti kedinginan di luar sana,” Anwar ikut merasakan “Aku belum pernah melihat burung sedekat ini sebelumnya. Lihat betapa tipisnya kakimu! Bagaimana kakimu dapat menahan badanmu hingga tegak?”
“Kamu benar, Anwar,” sang jelatik setuju. “Kami burung memiliki kaki yang tipis dibanding tubuh kami. Namun, biarpun demikian, kaki-kaki tersebut mampu menahan tubuh kami dengan sangat mudah. Ada banyak otot, pembuluh darah dan syaraf didalamnya. Bila kaki kami lebih tipis atau lebih tebal lagi, akan sulit bagi kami untuk terbang.”
“Terbang pasti rasanya sangat menakjubkan,” pikir Anwar. “sayapmu terlalu tipis, juga, namun kalian masih dapat terbang dengannya. Jadi, bagaimana kamu dapat terbang sedemikian jauhnya tanpa merasa lelah?”
“Saat pertama kali kami terbang, kami menggunakan banyak sekali tenaga karena kami harus mendukung berat badan kami pada sayap kami yang tipis,” mulai sang jelatik. “Namun begitu kami di udara, kami menjadi santai dengan mebiarkan tubuh kami terbawa angin. Jadi, karena kami menghabiskan lebih sedikit tenaga dengan cara ini, kami tidak menjadi lelah. Saat angin berhenti bertiup, kami mulai mengepakkan sayap kami lagi. Karena kelebihan yang telah Allah ciptakan untuk kami, kami dapat terbang dalam jarak yang sangat jauh.”
Anwar kemudian bertanya, “Bagaimana kamu dapat melihat sekelilingmu saat sedang terbang?”
Sang jelatik menjelaskan: “Organ indera terbaik kami adalah mata kami. Selain memberikan kemampuan untuk terbang, Allah juga memberikan kami indera penglihatan yang sangat hebat. Jika kami tidak memiliki indera penglihatan bersamaan dengan kemampuan ajaib kami untuk bisa terbang, hal itu sangatlah berbahaya bagi kami. Kami dapat melihat benda yang sangat jauh dengan lebih jelas daripada manusia, dan kami memiliki jangkauan penglihatan yang luas. jadi begitu kami melihat bahaya di depan, kami dapat menyesuaikan arah dan kecepatan terbang kami. Kami tidak dapat memutar mata kami seperti manusia karena mata kami diletakkan pada pencengkramnya. namun kami dapat menggerakkan kepala kami berputar dengan cepat untuk memperluas wilayah penglihatan kami.”
Anwar mengerti: “Jadi, itulah mengapa burung selalu menggerakkan kepala mereka: untuk melihat ke sekeliling mereka. Apakah semua mata burung seperti itu?”
“Burung hantu dan burung-burung malam hari lainnya memiliki mata yang sangat lebar,” sang jelatik melanjutkan. “Berkat sel khusus dalam mata mereka, mereka dapat melihat dalam keremangan. Karenanya, burung hantu dapat melihat dengan sangat baik untuk berburu di malam hari. Ada juga jenis burung yang disebut burung air; Allah menciptakan mereka agar mereka dapt melihat dengan sangat baik di dalam air. Mereka mencelupkan kepala mereka ke dalam air dan menangkap serangga atau ikan. Allah menciptakan kemampuan ini dalam burung-burung ini agar mereka dapat melihat dengan jelas di dalam air dan menangkap mangsa mereka.”
“Tidak semua paruh burung sama, nampaknya. Mengapa demikian?” Anwar bertanya.
“Allah menciptakan berbagai jenis paruh yang berbeda untuk burung yang berbeda untuk melakukan pekerjaan yang berbeda,” demikian jawabannya. “Paruh kamu sesuai dengan sempurna terhadap lingkungan di mana kami tinggal. Ulat dan cacing sangat lezat bagi kami para burung pemangsa serangga. dengan paruh kami yang tipis dan tajam, kami dapat dengan mudah mengambil ulat dan cacing dari bawah daun pohon. Burung pemakan ikan biasanya memiliki paruh yang panjang dengan bentuk seperti sendok pada ujungnya untuk menangkap ikan dengan mudah. Dan burung yang makan dari tumbuhan memiliki paruh yang membuat mereka dapat makan dengan mudah dari jenis tumbuhan yang mereka sukai. Allah telah menyediakan dengan sempurna untuk setiap makhluk di Bumi dengan memberikannya kemampuan yang dia butuhkan.”
Anwar punya pertanyaan lain untuk sang jelatik: “Kamu tidak mempunyai telinga seperti yang aku punya, namun kamu masih dapat mendengarkan aku dengan sangat baik. Bagaimana bisa?”
“Indera pendengaran sangatlah penting bagi kami para burung. Kami menggunakannya untuk berburu dan saling memperingatkan akan adanya kemungkinan bahaya sehingga kami dapat melindungi diri kami. Sebagian burung memiliki gendang pendengaran yang membuat mereka mampu mendengar suara yang paling kecil. Pendengaran burung hantu sangat peka akan suara. Burung Hantu dapat mendengar tingkat suara yang tidak dapat didengar manusia,” sang jelatik memberitahukannya.
Anwar kemudian bertanya: “Kalian para burung berkicau dengan sangat merdu. Aku senang mendengarkan kalian. Untuk apa kalian menggunakan suara kalian?”
Sang burung mengangguk: “Sebagian dari kami memiliki kicauan yang berbeda untuk mengusir musuh kami. Terkadang kami membuat sarang kami di dalam lubang pada batang pohon, dan ketika musuh mencoba masuk, kami mendesis layaknya ular. Penyusup tersebut berpikir bahwa ada ular di dalam sarang itu, sehingga kami dapat melindungi sarang kami.”
“Apa lagi yang kalian lakukan untuk melindungi sarang kalian dari musuh?” Anwar ingin tahu.
“Kami membangun banyak sarang tipuan untuk menyesatkan musuh kami,” kata sang burung. “Dengan cara ini kami membuat para penyusup tersesat dan melindungi sarang dan telur kami yang telah kami sembunyikan di daerah tersebut. Untuk melindungi sarang kami dari ular berbisa, kami menutupi jalan masuk dan membuatnya sangat berliku-liku. Kewaspadaan lainnya adalah membangun sarang pada pohon yang cabangnya berduri.”
Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.
(QS. an-Nahl, 16:79)
“Bagaimanakah sebagian burung dapat berenang dalam air? dan mengapa tidak semua burung dapat berenang?” Anwar bertanya pada temannya.
Sang jelatik menjawab: “Allah telah menciptakan sebagian dari kami dengan kemampuan untuk berenang. Dia telah memberikan mereka kaki berselaput jala agar mereka mampu berenang saat masuk ke dalam air. Sebagian lain dari kami memiliki jari tipis tanpa jala. jadi, selain burung air, burung tak dapat berenang.”
“Sama seperti sepatu renang!” Anwar berseru. “Saat aku berenang dengan memakai sepatu renang, aku dapat berenang dengan jauh lebih cepat.”
“Ada beberapa burung yang telah memiliki sepatu renang ini sejak lahir,” kata sang burung.
Saat Anwar dan sang burung sedang berbincang-bincang, ibunya menyuruh Anwar untuk masuk ke kamarnya dan mengerjakan pekerjaan rumahnya. Pada saat bersamaan, hujan pun telah reda.
Anwar berkata pada temannya: “Sekarang aku harus masuk ke kamarku dan mengerjakan pekerjaan rumahku. Besok aku akan bercerita kepada teman-temanku tentang kemampuan istimewamu, dan bagaimana Allah telah menciptakan kamu dan makhluk lainnya melalui karya seni kreatif yang sedemikian sempurna.”
“Hujan telah reda, jadi aku dapat kembali ke sarangku,” jawab sang jelatik. “Terima kasih telah membawa aku masuk, Anwar. Saat kau menceritakan temanmu tentang kami, Bisakah kamu sampaikan juga kepada mereka untuk peduli kepada kami dan jangan melemparkan batu kepada kami atau kepada makhluk lainnya?”
“Ya, tentu saja aku akan menyampaikannya kepada mereka,” Anwar setuju. “Semoga Allah melindungimu.” Anwar membuka jendela dan sang burung segera terbang, melayang menembus udara. Anwar memikirkan kesempurnaan dalam ciptaan Allah dan duduk mengerjakan pekerjaan rumahnya.



Sumber: Cerita Untuk Anak Cerdas

Multiple Intelligences

Konsep ‘Multiple Intelligences’ menyediakan kesempatan pada anak untuk mengembangkan bakat emasnya sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Mari pahami konsepnya!
Kalau ada banyak jalan menuju Roma, begitu juga jalan menuju kecerdasan. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas. Kalau ada banyak cara, berarti ada banyak tanda pula untuk melihat kecerdasan anak. Tanda itu bukan hanya dapat dilihat dari prestasi akademiknya di sekolah, atau mengikutkan anak kedalam tes intelejensia.
Anak-anak dapat memperlihatkan kecerdasannya lewat banyak cara. Cara itu misalnya melalui kata-kata, angka, musik, gambar, kegiatan fisk (kemampuan motorik) atau lewat cara sosial-emosional. Itu karena, menurut Thomas Armstrong, Ph.D, periset kecerdasan anak dan penulis buku ‘In Their Own Way : Discovering and Encouraging Your Child’s Multiple Intelligences’, semua anak terlahir cerdas dan berbakat. Kalaupun ada yang tampak tak menonjol, itu karena beberapa anak menunjukkan bakatnya lebih lambat dibanding anak lain.
Karenanya, banyak hasil-hasil riset kecerdasan anak menyarankan para orangtua untuk memberi banyak pengalaman dan stimulasi kepada anak. Stimulasi dan sensasi pengalaman yang intens itu berguna untuk segera membangkitkan kecerdasan anak. Jadi tak ada lagi istilah ‘anak menunjukkan bakat lebih lambat’. Fakta-fakta riset itulah yang kemudian oleh Prof. Howard Gardner, seorang psikolog dan pakar ilmu saraf dari Universitas Harvard, AS tahun 1983 dikristalkan ke dalam konsep teori kecerdasan yang disebutnya ‘Multiple Intelligences’ atau Kecerdasan Majemuk/Ganda.
Tidak Satu Parameter
Menurut Gardner, manusia itu, siapa saja--kecuali cacat atau punya kelainan otak—sedikitnya memiliki 9 kecerdasan. Kecerdasan manusia, saat ini tak hanya dapat diukur dari kepandaiannya menguasai matematika atau menggunakan bahasa. Ada banyak kecerdasan yang dapat diidentifikasi di dalam diri manusia. Coba bagaimana Mam & Pap menentukan siapa yang cerdas dalam pertanyaan berikut : “Siapa yang paling cerdas di lapangan sepakbola, apakah David Beckham atau Albert Einstein?” Juga, “Siapa yang cerdas di panggung musik, apakah Krisdayanti atau Susi Susanti?”. Mereka cerdas di bidangnya masing-masing. Kita tak bisa menggunakan satu parameter untuk membandingkan kecerdasan mereka.
Dalam buku terbarunya, ‘Intelligence Reframed : Multiple Intelligence for The 21st Century’ (1999), Howard Gardner, menjelaskan 9 kecerdasan yang tersimpan dalam otak manusia. Konsep kecerdasan ganda ini, bila dipahami dengan baik, akan membuat semua orangtua memandang potensi anak lebih positif. Terlebih lagi, para orangtua (guru) pun dapat menyiapkan sebuah lingkungan yang menyenangkan dan memberdayakan di rumah (di sekolah).
Bahan Sederhana
‘Ruang kelas’ terbesar untuk belajar sebenarnya sudah tersedia. Ya, dunia adalah ruang belajar itu. Untuk mengembangkan kecerdasan unik anak-anak lewat konsep ini, yang dibutuhkan sebenarnya sudah tersedia di lingkungan sekitar. Di sekolah, anak bisa diajak keluar kelas untuk mengamati setiap fenomena yang terjadi di dunia nyata. Sementara di rumah, anak bisa memanfaatkan benda-benda dan materi di sekitar rumah. Mam & Pap tak perlu membelikan alat belajar maupun mainan yang mahal.
Konsep Multiple Intelligences juga mengajarkan kepada anak bahwa mereka bisa belajar apapun yang mereka ingin ketahui. Apapun yang ingin diktehauinya itu dapat ditemui di dalam kehidupan nyata yang dapat mereka alami sendiri. Sementara, bagi orangtua maupun guru, yang dibutuhkan hanya kreatifitas dan kepekaan untuk mengasah kemampuan anak. Baik Mam & Pap maupun guru juga harus mau berpikir terbuka, keluar dari paradigma tradisional.
Soal manfaat lingkungan untuk membantu proses belajar ini, sudah diteliti lho oleh beberapa orang peneliti kegiatan belajar. Ada Vernon A. Magnesen tahun 1983 dan sekelompok peneliti seperti Bobbi DePorter; Mark Reardon, dan Sarah tahun 2000. Mereka menjelaskan bahwa kita sebenarnya mendapat pengetahuan dari apa yang kita baca (10%), dari apa yang kita dengar (20%), dari apa yang kita lihat (30%), dari apa yang kita lihat dan dengar (50%), dari apa yang kita katakan (70%) dan dari apa yang kita katakan dan lakukan (90%).
Nah dari situ terlihat bukan, dari aktivitas seperti apa kita lebih banyak mendapatkan pengetahuan? Ya, dari yang kita lihat dan dengar serta dari paraktik yang kita lakukan. Belajar dengan menggunakan teori kecerdasan ganda bukan cuma menegaskan “it’s how smart they are” tapi “It’s how they are smart!” Bukan ‘seberapa pintar anak’ tapi ‘bagaimana mereka bisa menjadi pintar’. n
9 Kecerdasan Ganda yang Dimiliki Anak
1. VISUAL/SPATIAL (Cerdas Gambar/Picture Smart)
Anak belajar secara visual dan mengumpulkan ide-ide. Mereka lebih berpikir secara konsep (holistik) untuk memahami sesuatu. Kemampuan untuk melihat ‘sesuatu’ di dalam kepalanya itu mampu membuat dirinya pandai memecahkan masalah atau berkreasi.
2. VERBAL/LINGUISTIC (Cerdas Kata/Word Smart)
Anak belajar lewat kata-kata yang terucap atau tertulis. Kecerdasan ini selalu mendapat tempat (unggul) dalam lingkungan belajar di kelas dan tes-tes gaya lama.
3. MATHEMATICAL/LOGICAL (CerdasLogika-Mateamatik/Logic Smart)
Anak senang belajar melalui cara argumentasi dan penyelesaian masalah. Kecerdasan ini juga pas ditampilkan di dalam kelas.
4. BODILY/KINESTHETIC (Cerdas Tubuh/Body Smart)
Anak belajar melalui interaksi dengan satu lingkungan tertentu. Kecerdasan ini tak sepenuhnya bisa dianggap sebagai cerminan dari anak yang terlihat ‘sangat aktif’. Kecerdasan ini lebih senang berada di lingkungan dimana ia bisa memahamisesuatu lewat pengalaman nyata.
5. MUSICAL/RHYTHMIC (Cerdas Musik/Music Smart)
Anak senang dengan pola-pola, ritmik, dan tentunya musik. Termasuk, bukan hanya pola belajar auditori tapi juga mempelajari sesuatu lewat indetifikasi menggunakan panca indera.
6. INTRAPERSONAL (Cerdas Diri/Self Smart)
Anak belajar melalui perasaan, nilai-nilai dan sikap.

7. INTERPERSONAL (Cerdas Bergaul/People Smart)
Anak belajar lewat interaksi dengan orang lain. Kecerdasan ini mengutamakan kolaborasi dan kerjasama dengan orang lain.

8. NATURALIST (Cerdas Alam/Nature Smart)Anak senang belajar dengan cara pengklasifikasian, pengkategorian, dan urutan. Bukan hanya menyenangi sesuatu yang natural, tapi juga senang menyenangi hal-hal yang rumit.
9. EXISTENTIAL (Cerdas Makna/Existence Smart)
Anak belajar sesuatu dengan melihat ‘gambaran besar’, “Mengapa kita di sini?” “Untuk apa kita di sini?” “Bagaimana posisiku dalam keluarga, sekolah dan kawan-kawan?”. Kecerdasan ini selalu mencari koneksi-koneksi antar dunia dengan kebutuhan untuk belajar.

Rabu, 18 Mei 2011

PENDIDIKAN BERBASIS RAKYAT


Saya semalam, 18/05/2011, dimintai oleh kawan-kawan dari alumni dan juga mahasiswa IAIN Sunan Ampel untuk meresmikan Rumah Belajar Pandawa. Gagasan tentang rumah belajar ini dicuatkan oleh Moh. Ali Shadikin, SHI, atau biasa dipanggil Mas Prabu Ali Airlangga yang selama ini dikenal sebagai penggiat Teater Q Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel. Saya mengenal dia dalam banyak hal terutama dalam kaitannya dengan kegiatan-kegiatan perteateran yang sering dipentaskan di Blok M (lahan kosong di sebelah utara Fakultas Syariah) yang sering dijadikan sebagai medan pertunjukan teater Q.
Teater Q yang dipimpin oleh Ali memang sering memenangkan perlombaan di tingkat regional dan bahkan juga pernah menjadi pemain pendamping dalam acara pagelaran teater yang dikomandani oleh Radhar Panca Dahana dalam lakon “Republik Reptil”. Tidak kurang juga Lan Fang, prosais yang namanya sudah dikenal di jagad dunia karya tulis juga sering hadir pada  acara-acara yang diselenggarakan olehnya.
Makanya, ketika Ali menggagas tentang Rumah Belajar, maka saya berkeyakinan bahwa gagasan itu pasti akan dapat dilaksanakan. Dan ternyata betul bahwa gagasan tersebut bisa diwujudkan dan Rumah Belajar tersebut dapat dibuka secara resmi semalam dengan melibatkan jajaran pengurus RT, RW dan juga masyarakat yang berada di lingkungan Rumah Belajar tersebut. Rumah belajar ini berada di desa Lumumba Dalam Gnag Buntu RT 1/RW 1 Kelurahan Ngagel, Kecamatan Wonokromo Surabaya.
Menurut ceritanya, bahwa untuk mencari rumah belajar tersebut ternyata juga tidak gampang. Ada banyak rumah yang disewakan, tempatnya juga strategis, misalnya di daerah Bungurasih yang menjadi basis anak-anak jalanan, akan tetapi harga sewanya tidak terjangkau. Melalui perjuangan yang keras akhirnya didapatkan rumah dengan posisi yang sangat strategis pula, harganya terjangkau, bersebelahan dengan balai RT dan berada tepat di depan Mushallah dan juga berada di wilayah yang tepat. Jadi, akhirnya didapatkan home base yang cocok dengan visi Menjadi Partner Pendidikan Berkualitas Untuk Masyarakat dan empal misi yang digagasnya  untuk kegiatan rumah belajar tersebut.
Pendirian Rumah Belajar tentu sangat strategis ke depan. Sebagaimana diketahui bahwa tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan adalah kewajiban seluruh komponen bangsa. Pendidikan memang bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat. Oleh karena itu,  setiap prakarsa untuk mendirikan dan menyelenggarakan pendidikan pada level apapun, tentu harus diapresiasi secara memadai.
Seirama dengan kemajuan zaman dan semakin menyeruaknya kapitalisme pendidikan, maka mendirikan rumah-rumah belajar bagi kalangan masyarakat ekonomi lemah adalah sebuah gagasan yang unik. Melalui model-model rumah belajar yang pembiayaannya sangat murah bahkan gratis, maka akan bisa menjadi antithesis bagi pendidikan berbasis kapitalisme. Dengan demikian, jika model-model ini berhasil, maka tentunya akan dapat ditularkan atau didiseminasikan ke tempat lain yang memiliki karakter yang sama atau hampir sama.
Untuk  itulah maka seharusnya pemerintah menghargai terhadap prakarsa masyarakat semacam ini. Saya berkeyakinan bahwa jika model-model rumah belajar itu didukung oleh kebijakan pemerintah dan didukung oleh masyarakat secara memadai, maka model belajar rakyat semacam ini akan bisa menjadi alternative lain bagi program pendidikan di masa mendatang. Oleh karena itu seharusnya pemerintah memberikan dukungan kebijakan dan anggaran, sehingga mimpi anak bangsa untuk terlibat di dalam proses pendidikan bangsa akan bisa terwujud.  
 Masyarakat Indonesia masih banyak yang miskin. Dan mereka berada di kantong-kantong kemiskian di daerah-daerah padat penduduk, termasuk di wilayah perkotaan. Mereka adalah orang yang tidak beruntung di dalam kehidupannya. Mereka tidak bisa membayar mahal biaya pendidikan. Makanya banyak di antaranya yang kemudian putus sekolah. Kehadiran rumah belajar yang didesain secara khusus tentunya bisa menjadi alternative bagi program pembelajaran yang berdaya guna.
Oleh karena itu, tugas Rumah Belajar Pandawa adalah menyelenggarakan pendidikan berbasis kerakyatan tersebut, namun demikian ke depan memiliki prospek sebagai lembaga pendidikan yang diakui oleh masyarakat dan juga pemerintah sebagai lembaga pendidikan yang baik.
Makanya, pembukaan secara resmi Rumah Belajar Pandawa akan bermakna jika semua elemen di dalamnya secara aktif memberikan kontribusi secara memadai.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Minggu, 17 April 2011

KECERDASAN IQ, EQ dan SQ PADA ANAK-ANAK


Untuk saat ini, anak mendaftar ke SD si anak sudah disuguhkan materi ujian yang merupakan tes masuk, layak atau tidak diterima di SD tertentu. Diutamakan anak yang bisa menjawab semua soal dengan baik, yang lain, cari sekolah lain saja yang katanya “kurang bertemu” walaupun kenyataan tidak seperti itu.
Tujuan pendidikan anak, pada akhirnya adalah supaya anak berhasil. Nilai bagus, IP yang tinggi dan mendapat juara serta gelar sarjana, baru setengah jalan. Apa artinya memegang sertifikat sarjana kalau bekerja dan tidak pernah. Apa artinya tropy kejuaraan berjejer di ruang tamu kalau akhirnya tidak sukses hidup karena dia anak pandai tapi kuper, kurang bergaul.
BERHASIL? Mereka yang berhasil bukan yang bisa menulis halus dengan tata bahasa yang benar, tetapi yang berani berbicara. Mereka yang berhasil bukan yang otaknya pandai (IQ-Intellectual Quotient), tetapi hatinya pandai (EQ-Emotional Quotient). Mereka yang menikah dan bahagia (berhasil hidup berumah tangga) bukan ahli agama atau yang IP tinggi, tetapi yang berkarakter (SQ-Spiritual Quotinet) yang hatinya baik. Mereka yang berhasil bisnis bukan ahli matemathika ekonomi yang bisa menghitung rugi laba dengan cepat, tetapi yang memiliki integritas dan pandai bergaul (ESQ-Emotional Spiritual Quotient). Mereka yang berhasil dibidang politik bukan doktor ilmu sosial politik, tetapi yang temannya banyak dan jaringannya luas.
Prof Dr Daniel Golleman, bapak managemen modern di Amerika meneliti orang-orang yang berhasil dan melaporkan hasil surveynya: “Mereka yang sukses dan berhasil, bukan mereka yang waktu sekolah memiliki nilai rapor bagus tetapi mereka yang aktif organisasi, banyak bergaul dan temannya banyak. IQ hanya mempengaruhi 20% keberhasilan sedangkan EQ & ESQ 80%!”
Celakanya, banyak orang tua melarang anaknya bermain dan memberikan jadwal less dan belajar lebih dari porsi untuk usianya. Mereka akan pandai disekolah tetapi bisa GAGAL dalam hidup nantinya. Karena itu, jika tujuan orang tua mendidik anak supaya nantinya mereka berhasil, perhatikan EQ dan ESQ yang justru mempengaruhi 80% keberhasilan mereka nantinya.EQ tentunya lebih banyak dibentuk di SEKOLAH, tetapi EQ dan SQ (sering digabung menjadi ESQ) lebih banyak dibentuk oleh KELUARGA dan LINGKUNGAN. Lingkungan yang cukup berpengaruh adalah GEREJA (bagi yang kristen) selain lingkungan tempat tinggal dan teman-teman.
Karena itu, orang tua tidak boleh merasa sudah bertanggung jawab dalam mendidik anak, karena sudah membiayai sekolahnya, itu baru 20% dari bagian mendidik anak yang hanya mempengaruhi 20% keberhasilannya. Terlebih lagi orang tua perlu membangun komunikasi dengan anak-anak, waktu bersama mereka, menanamkan nilai-nilai hidup, moral, tata krama, mengawasi pergaulan mereka dan yang terutama, mengajari mereka ‘bergaul’ dengan Tuhan dengan doa pribadi, saat teduh dan mengajak mereka beribadah sehingga terbentuk sikap ‘takut akan Tuhan’ sebagai fondasi ESQ yang paling kuat, memiliki kasih yang merupakan SQ terbaik.
Di akhir zaman ini, mencari anak pandai akan sangat mudah, karena begitu bagusnya perkembangan kurikulum, berbagai less dan terapi kecerdasan muncul dimana-mana dan sekolah dengan perbagai program termodern dengan standar nasional plus bahkan international didirikan oleh banyak pihak. Namun mungkin akan sulit mencari anak baik dan anak berkarakter. Anak bermoral yang mengerti tatakrama, anak yang jujur dan memiliki integritas. Anak langka seperti inilah yang nantinya akan berhasil dan ‘mewarisi bumi’.
Anak CERDAS secara lengkap, baik IQ dan ESQ tidak turun dari langit, tetapi bisa dibuat, dilatih atau diterapi, kalau kita orang tua mengenal kekerdasan secara lengkap, faktor-faktor yang mempengaruhi dan bagaimana terapi untuk setiap jenis kecerdasan supaya anak kita tumbuh secara seimbang, baik otak kiri maupun kanan, baik kemampuan logika berpikir serta perasaan empati dan simpati, baik. Memiliki anak cerdas bukan lagi impian, anak anda BISA CERDAS!! Melalui website ini, saya akan memberikan tips PENDIDIKAN ANAK secara lengkap dan seimbang.
ANAK CERDAS secara lengkap atau Multiple Intelligence, bagi yang senang membaca, bisa memiliki buku saya dengan judul ANAK CERDAS. Dalam buku ini dibahas dengan bahasa sehari-hari, para orang tua murid dan guru sekolah dengan mudah akan mengerti, aspek apa yang penting dalam setiap jenis kecerdasan supaya nantinya ANAK BERHASIL dimasa depan mereka. Apa artinya pandai, kalau tidak BERHASIL HIDUP.

Minggu, 10 April 2011

Pendidikan Indonesia

Organisasi perdagangan dunia atau yang lebih dikenal sebagai WTO (World Trade Organization) IMF, WB, adalah lembaga multilateral yang mendorong negara-negara yang berkembang untuk mendorong kepentingan kapitalisme. Sedangkan neoliberalisme adalah sebuah paham ekonomi liberal, mereka menginginkan agar pemerintah mengurangi atau menolak campur tangan pemerintah dalam penataan kegiatan ekonomi. Mereka beranggapan bahwasannya "ekonomi masyarakat akan lebih baik jika pemerintah tidak ikut campur tangan, sedangkan tanggung jawab itu diberikan kepada mekanisme pasar".
Dalam jeratan Neoliberalime ekonomi atas negara-negara berkembang diatur dengan kesepakatan internasional, maka lahirlah kesepakatan Washington (Washington consensus) pada tahun 1989-1990 yang diperkenalkan oleh John Williamson, seorang ahli ekonomi dari institut untuk ekonomi internasional. Para pejabat ekonomi Amerika serikat, IMF dan Bank Dunia men formulasikan supaya Washington consensus bisa diterima di negara yang sedang mengalami krisis ekonomi.
Lahirnya Washington consensus di latar belakangi dari pengalaman-pengalaman negara Amerika Latin pada tahun1980-an, pada saat itu mekanisme pasar di kawasan tersebut tidak berfungsi dengan baik akibat kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak menentu. Seperti hanya pendapatan domestik bruto yang mengalami kemerosotan selama tiga tahun.
Dalam Washington consensus terdapat 10 kesepakatan yang di rekomendasi yakni: 1. Mendisiplinkan fiskal, 2. Mengarahkan kembali pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan, infrastruktur 3. Reformasi perpajakan 4. Liberalisasi suku bunga 5. Tarif kurs yang kompetitif 6. Pasar Bebas 7. Liberalisasi pemerintah langsung dari luar negeri 8. Privatisasi 9. Deregulasi 10. Penjaminan hak milik
Indonesia dalam kepemimpinan presiden suharto, mengikuti saran IMF pada saat Indonesia mengalami krisis global pada tahun 1998, untuk dapat mencairkan dana dari pinjaman IMF. Maka dibuatlah letter of intent (LOI). Dengan begitu IMF memaksa Indonesia untuk melaksanakan ketentuan IMF seperti menerapkan liberalisasi, deregulasi dan privatisasi agar Indonesia akan lepas dari krisis ekonomi.
Organisasi perdagangan dunia bersama IMF menjadikan pendidikan sebagai salah satu komoditas yang bisa diperjual belikan. Mereka berpendapat bahwa pendidikan termasuk ke dalam katagori industri yang mengubah benda fisik physical services, keadaan manusia, benda simbolik, dalam hal ini pendidikan adalah suatu kegiatan untuk mentransformasikan orang yang tidak berpengetahuan serta tidak mempunyai keterampilan menjadi berpengetahuan dan mempunyai keterampilan.
Organisasi perdagangan dunia membagi liberalisasi menjadi dua yang pertama, kesepakatan tarif dan perdagangan atau GATT, yang kedua kesepakatan umum pada sektor jasa GATS. Indonesia termasuk salah satu negara yang menandatangani pembentukan Organisasi perdagangan dunia/ WTO dan GATS. Untuk itu Indonesia harus tunduk dengan kesepakatan yang dibuat oleh WTO dan GRTS. Melalui GATS ini semua transaksi perdagangan, dimana pendidikan ditetapkan masuk didalamnya.

Sejarah
Pada tahun 2003 pemerintahan Megawati, bersama dengan Departemen pendidikan nasional melahirkan UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yang di dalam pasal 53 ayat 1 dan 4 mengamanatkan 1. penyelenggaraan suatu pendidikan yang didirikan oleh pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan" ayat 4. "ketentuan tentang badan hukum pendidikan diatur dengan undang-undang tersendiri".
Aturan pendukung UU BHP Diantaranya RPP PPP, Perpres No 76 tahun 2007 tentang kriteria dan Persyaratan penyusunan bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan penanaman modal dan perpres no 77 tahun 2007 Tentang Daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan penanaman modal.
Di masa kepemimpinan presiden Susilo bambang yudoyono dan Jusupkla, membuat sebuah peraturan pemerintah No.48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan (PP PP). Selama diperkenalkan kepada publik tentang naskah RUU BHP sejak tahun 2003 sampai tahun 2008 mengalami koreksi pergantian sampai 38 perubahan dan disahkan menjadi UU BHP adalah naskah yang ke 40. pada tanggal 17 Desember 2008.
Catatan penting lolos nya RUU BHP menjadi UU BHP adalah desakan DPR berserat Bank Dunia, karena pada tahun 2005 pemerintah mengajukan dana utang senilai 50 Juta Dolar Kepada AS untuk Proyek Pengembangan Relevansi dan Efisiensi Pendidikan Tinggi. Dan salah satu Indikator utama proyek tersebut ialah lolos nya UU BHP paling lambat tahun 2010.
Dalam proyek tersebut bank dunia menekan bahwasannya perguruan tinggi yang secara otonom antara lain harus mampu mengelola keuangan secara independen, mengelola sumberdaya manusia secara mandiri, dan mampu menggalang dana yang cukup.

Titik permasalahan pendidikan
Dengan disahkannya beberapa undang-undang seperti yang tertera di atas, maka itu semua sumber permasalah yang buat oleh pemerintah yang bekerjasama dengan lembaga multilateral berserat lembaga keuangan dalam hal ini IMF, Bank Dunia, ADB, W TO, yang menginginkan masuknya kepentingan meoliberalisasi, dan korporasi dengan faham kapitalisme mereka jalankan program-program yang dikemas secara menarik dan di tawarkan kepada negara yang berkembang.
Dengan demikian Indonesia adalah salah satu korban/pendukung dari kepentingan mereka. Untuk itu Indonesia harus menuruti apa yang diinginkan dan menerapkan kesepakatan walaupun itu sangat merugikan bangsa.
Bukti konkrit adalah dengan disahkannya UU BHP yang sarat kepentingan Kapitalis, tidak hanya itu pemerintah sebelumnya juga mengesahkan peraturan prepress No. 76 tahun 2007 dan perpres no 77 tahun 2007 yang menyatakan bahwa sektor pendidikan termasuk sektor yang terbuka bagi penanaman modal asing, dengan batas maksimal 40%. Dengan adanya prepress ini merupakan jalan lapang bagi kapital untuk masuk ke dalam sektor pendidikan.
Kita sesungguhnya mengetahui bahwasannya, Undang-Undang Dasar 1945 bertekad untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, memperoleh pendidikan adalah hak setiap warga Negara. Jadi tidaklah berlebihan, jika pendidikan itu juga merupakan bagian dari Hak Azasi Manusia (HAM). Dalam undang-undang dasar 1945 pada pasal 31 ayat 1-4 Telah dijelaskan tentang jaminan mendapatkan pendidikan yang murah dan berkualitas sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat. Maka tidak ada lagi alasan bagi si miskin untuk tidak sekolah.
Jika hal ini tidak diperhatikan, maka kelak orang-orang yang berhasil dan makmur di negeri ini akan di isi oleh anak-anak orang kaya. Sedangkan anak-anak orang miskin akan sulit lepas dari kemiskinannya karena kebodohan yang diciptakan oleh sistem pendidikan sat ini. Dan inilah yang di inginkan oleh faham kapitalis.
Melepaskan tanggung jawab untuk mencerdaskan anak bangsa, berarti peng khianatan terhadap UUD. Apalagi dengan alasan otonomi pendidikan, dan aturan supaya sektor pendidikan mampu untuk membiayai operasional pendidikan, dengan cara men swastakan privatisasi lembaga pendidikan menjadi sebuah badan hukum, merupakan bukti tidak adanya tanggung jawab pemerintah untuk memajukan pendidikan.
Dengan di masuk kannya sektor pendidikan sebagai usaha jasa oleh pemerintah bersama WTO, maka paradigma pendidikan telah bergeser ke arah komersialisasi yang capitalistic. Moritas para pejabat pemerintah bersama wakil-wakil rakyat yang ada di senayan yang sudah dipengaruhi dengan kehidupan hedonis, dan mempunyai watak-watak untuk mencari keuntungan di dalam institusi pendidikan, maka permasalah yang akan dihadapi oleh dunia pendidikan akan semakin rumit. Dan hak-hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan akan semakin terik-kiss bahkan hilang.
(kasi komentar yaaaaaaaaaa :P )
Penulis adalah M. Ali Shodikin,
Sebagai pimpinan redaksi Majalah Arrisalah
Mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya