Jumlah pengunjung

Selamat Datang di BLOG RUMAH BELAJAR PANDAWA

Minggu, 09 Oktober 2011

Mendidik Anak dengan Kasih Sayang


Anak adalah anugerah dan titipan dari yang Maha Kuasa kepada kita. Sebagai titipan kita harus bisa menjaga dan memeliharanya sebaik mungkin. Karena suatu saat DIA akan mengambil kembali dari kita. Tentu saja kita harus bertanggung jawab titipan itu baik-baik saja dan tidak rusak sedikitpun.
Sangat tidak mudah menjaga dan memelihara titipan. Itu adalah tanggung jawab besar kita selaku orangtua, Setiap kita selalu inginkan yang terbaik untuk buah hati. Melakukan apapun demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Agar dia bisa tumbuh besar menjadi manusia yang benar dan berguna. Itu adalah harapan terbesar dalam diri para orangtua.
Seluruh kasih kita tumpahkan pada anak-anak. Mendidiknya sedari ia masih bayi sampai ia tumbuh dewasa. Didikan itu tentu saja bermakna sangat luas, karena memiliki banyak aspek, banyak hal yang harus diperkenalkan dan diketahui anak. Misalnya mendidik akidahnya, perilaku dan akhlaknya sesuai norma yang berlaku.
Terkadang para orang tua salah kaprah memaknai kebahagiaan anak. Demi membahagiakan anak-anak seringkali kita menjadikan materi sebagai ukuran untuk menyenangkan mereka. Dan kita bahkan membesarkan mereka dengan materi yang berlebihan.
Orang tua punya alasan sendiri-sendiri saat mereka memilih membesarkan anak dengan materi berlebih. Bisa saja karena kehidupan mereka yang sangat berkecukupan, dan anak pantas menikmatinya dan mendapatkan semua yang diinginkannya. Atau karena pengalaman masa lalu. Kehidupan orang tua yang tidak beruntung secara materi saat ia masih kecil, memberi pengaruh kepadanya untuk mendidik anak-anak.
Ketidak keberuntungan orang tua secara materi di masa kecil itu memjadi pemicu, ada yang mampu mengajarkan bahwa untuk mendapatkan sesuatu itu kita perlu usaha dulu. Dan tidak sedikit yang berpikir sebaliknya. Mereka merasa ketidak beruntungannya dulu tidak boleh dirasakan anak-anak mereka saat ini. Tetapi mereka para orang tua melakukan hal yang salah. Anak-anak dimanja degan cara berlebihan.
Pernahkah anda mendengar para para orang tua berkata “belilah nak atau ambilah nak! Dulu saat ibu/ayah seusiamu kami tidak mendapatka ini”. Atau “Apapun akan papa belikan untukmu nak” Keadaan kita di masa lalu membuat kita termotivasi untuk bekerja sekeras mungkin untuk memenuhi kebutuhan anak-anak. Hingga kadang kita lupa cara kita dalam memenuhi kebutuhan mereka tidak lagi mendidik.
Akibat dari mendidik seperti ini tentu saja akan tidak baik bagi anak-anak. Mereka akan menjadi manja dan terkadang memanfaatkan orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan mereka yang bahkan sudah sampai kelewat batas.
Banyak kasus seperti ini terjadi di sekitar kita, memenuhi kebutuhan anak dengan materi berlebihan merupakan cara terbaik menurut mereka untuk membesarkan anak-anaknya. Hingga lupa pada akibat setelah anak itu besar dan dewasa. Mereka tidak lagi menjadi anak yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Manja dan merasa telah tercukupi dan menjadikan dia lemah mudah menyerah pada keadaan.
Saat anak-anak telah dewasa dengan sifat yang seperti di atas tentu bagi orang tua tidak mudah lagi untuk merubahnya. Maka penyesalan akan muncul seketika. Banyak saya lihat orang tua yang stress menghadapi ulah anak yang seperti ini. Sudah sangat terlambat untuk menyadarinya.
Karena itu, sebelum semuanya menjadi penyesalan. Alangkah baiknya kita kembali mengoreksi cara kita membesarkan anak-anak. Yang paling mereka butuhkan dalam hidup mereka adalah kasih sayang, dan didikan yang benar. Menyanyanginya dengan materi berlimpah tanpa mengajarkan padanya cara bertanggung jawab atas apa yang didapatnya dengan mudah. Akan menjadikan dia pribadi yang rapuh.
Mungkin kita harus belajar dari cara yang dilakukan para Nabi dalam mendidik anak-anak mereka. Nabi Muhammad yang mendidik dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Nabi Ya’qup yang selalu mendidik untuk membangun interaksi positif dalam keluarganya. Nabi Nuh yang selalu menegakkan etika moral imani untuk anaknya.. Nabi Ibrahim mendidik dengan cara sangat demokratis dalam memecahkan masalah. Serta yang perlu juga diteladani adalah Luqman yang selalu mengutamakan akhirat daripada kehidupan dunia.
Semoga kita bisa menjadi orang tua yang penuh kasih sayang dalam mendidik anak. Tidak mendidik mereka dengan materi dan kemewahan yang justeru menjerumuskan mereka.

0 komentar:

Posting Komentar