Jumlah pengunjung

Selamat Datang di BLOG RUMAH BELAJAR PANDAWA

Senin, 17 Oktober 2011

Impiyan Yang Nyata


Mengentaskan anak-anak miskin dari kebodohan. Mereka berjuang bersama teman-temanya untuk merangkul  anak jalanan (ANJAL) pengemis, pemulung, preman, pekerja sek komersial serta  pedagang asongan  agar mereka mau menitipkan putra-putrinya untuk belajar bersama di Rumah Belajar PANDAWA.
Itulah impian yang ingin diwujudkan oleh lima pemuda. Mereka adalah Mukhammad Makmuri, Mukhammad Ridwan, Abdullah Kafaby, Amar Munawar  serta M. Ali  Shodikin atau biasa dikenal Prabu Ali Airlanga. Selaku generasi muda mereka mempunyai suatu gagasan yakni mendirikan sebuah rumah belajar bagi anak-anak yang tidak mampu.
Mukhammad Ridwan mengatakan. ”Sistem pengajaran yang memuaskan akan menjadi senjata ampuh dalam mengembangkan rumah belajar tersebut.” Hal yang cukup menarik di sini adalah penggunaan modal dan sumber daya manusia yang terbatas (patungan uang pribadi, red). Namun, mampu memberikan pelayanan yang terbaik sebagai salah satu solusi. Maka dengan nama Rumah Belajar PANDAWA (Papan Pendidikan Kawula) yang diresmikan oleh Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si, lima pemuda tersebut dapat terwujud pada Rabu, 18 Mei 2011 di balai RT Desa Lumumba Dalam Gang Buntu RT I/ RW I Kelurahan Ngagel Kecamatan Wonokromo Surabaya.
Karena tekad yang kuat  untuk mengabdikan diri kepada masyarakat dan bangsanya melalui media pendidikan, maka tidak mustahil berdirinya lembaga pendidikan seperti Rumah Belajar PANDAWA adalah salah satu jalan untuk membuka beragam ruang-ruang sosial yang mengolaborasikan semua ragam yang ada.
”Untuk menjalin sebuah kebersamaan dan keanekaragaman perspektif kelompok-kelompok sosial, maka dengan rumah belajar ini mereka  bisa mendapatkan pendidikan yang setara dan berkualitas,” kata Ridwan selaku sekretaris PANDAWA.
Awal berdirinya PANDAWA, kami hanya bermodalkan rumah kontrakan yang dimiliki oleh salah satu warga. Kami memanfaatan rumah yang sengaja kami sewa, lokasi ruang tamu, balai RT yang berada bersebelahan dengan markas PANDAWA, musholah al-Mukhlisin dan taman terbuka di sebrang jembatan kali Jagir sebagai lokasi belajar. Ini bisa dibilang sangat strategis, karena terletak di perkampungan padat penduduk.
Radius tiga kilo meter dari markas PANDAWA, terdapat sekolah mulai dari tingkat TK, SD, SMP sampai dengan SMA. Di samping itu lokasi ini berdekatan dengan tempat anak jalanan untuk beroperasi. Dengan kapasitas tempat yang memiliki empat ruangan yang dimanfaatkan sebagai kelas, maka tiap kelas dapat menampung 10-15 siswa. ”Keseluruhan dapat menampung kurang lebih 50 siswa.” Tegas Ridwan.  Dengan fasilitas yang standar,  diharapkan dapat meminimalisir cost dalam variable cost. ”Kami tidak menyediakan fasilitas yang mewah. Tetapi kami menyediakan pengajaran yang berkualitas,” pesan orang nonor dua di PANDAWA.

0 komentar:

Posting Komentar