Jumlah pengunjung

Selamat Datang di BLOG RUMAH BELAJAR PANDAWA

Senin, 17 Oktober 2011

Semua anak ingin sekolah



Cuaca panas sedang mendera kota surabaya, dan dibawah cahaya matahari yang garang itu para manusia berjibaku dengan kesibukannya. Pemandangan berupa motor dan mobil melaju diatas aspal tampak begitu lumrah, lalu lalang mereka seolah mengabaikan pejalan kaki yang berjalan melawan debu dan teriknya matahari.
Diantara pejalan kaki itu terdapat sepasang pengamen kecil berjalan sayu sambil membawa kicrik kecil dari tutup botol yang dipaku pada sebatang kayu kecil. Mereka menghampiri satu persatu rumah di sepanjang jalan ketintang madya dengan kaki telanjang tanpa alas. Padahal aspal dan tanah yang ada dijalan itu tentu panas karena terpanggang matahari.
Pengamen bertubuh mungil itu terdiri dari laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki umurnya kira-kira sembilan tahun sedang pengamen perempuan yang bertubuh lebih kecil itu umurnya kira-kira tujuh tahun.
Mengamen untuk sekolah
Ketika laskar kalimasada menemui mereka di daerah ketintang madya, siang telah sampai puncaknya. Angin yang panas juga ikut menyamarkan suara adzan dzuhur hingga terdengar sayup-sayup. Dan sesekali menggugurkan daun kering dari dahanya. Wajah dua pengamen cilik itu tampak kumuh dan kotor oleh debu yang dilayangkan oleh hempasan kendaraan yang lalu lalang.
namaku Imam dan ini adiku Nur” ungkap imam salah satu pengamen dari sepasang pengamen tersebut saat ditanya nama mereka. Anak lelaki berkulit kecoklatan dan agak gemuk tersebut menambahakan bahwa biasanya mereka berangkat pukul delapan pagi dan pulang pukul dua siang. Dan ketika ditanya apakah mereka masih sekolah, ternyata pengamen dua bersaudara itu juga masih duduk sekolah.
kami masih sekolah mas, aku (Nur red) kelas dua, terus mas imam kelas empat” terang nur adik dari imam yang tubuhnya lebih kecil dan kurus dibanding imam, sambil sesekali membenahkan rambutnya yang kemerahan karena terbakar matahari nur juga menjelaskan jika mereka sekolah di SDN Ngagel 2.
jadi biasanya kalau pas sekolah berangkatnya pukul dua siang sehabis sekolah dan pulangnya pukul tujuh malam” imam dengan semangat menjelaskan aktifitasnya. Karena hasil mengamen mereka digunakan untuk menambah biaya sekolah.
Selanjutnya sepasang pengamen cilik itu kemudian melanjutkan aktivitas mereka mengamen, kaki telanjang mereka juga masih lincah menapaki jalan yang panas, dengan topi yang sebenarnya kurang sedap dipandang itu mereka menghampiri satu persatu rumah dan pertokoan yang ada. Sesekali mereka menerima recehan oleh empunya rumah maupun pemilik toko, namun sering kali mereka dikecewakan karena mereka diacuhkan setelah lama suaranya menyanyikan lagu dengan suara ala kadarnya, atau mereka ditolak mentah-mentah dengan berbagai alasan.
ada yang ngomong dagangan belum laku, ndak punya receh atau banyak alasan lain” terangnya. Tapi itu tidak menyurutkan langkahnya untuk menjual suara karena masih banyak pintu yang diharapakan berkenan menyisihkan rezekinya. Atau mungkin mempunyai rasa iba terhadap mereka hingga sedikit recehan di berikannya.
Ingin sekolah lagi
Di hari kedua laskar kalimasada menemui Nur adik dari imam di taman PANDAWA, di jalan raya ngagel tepi kali jagir. Namun saat itu Nur tidak sedang mengamen. Di taman rindang dengan pohon-pohon besar dan beberapa jenis tumbuhan itu rupanya Nur sedang menunggu imam kakanya yang masih ngamen.
ngenteni mas imam ngamen” terang nur sambil bermain dengan sepeda mininya, dan di taman itu Nur tidak sendirian. Dia ditemani oleh seorang gadis kecil, gadis kecil itu adalah temannya. Namanya adalah…. Meskipun dia bukan pengamen, ternyata dia sudah tidak sekolah lagi tahun ajaran baru ini. Dia tidak sekolah lagi karena sudah kesekian kalinya mendapat surat peringatan.
Surat peringatan tersebut diberikan oleh pihak sekolah karena dia sering telat berangkat ke sekolah. Jarak yang jauh antara rumah dengan sekolah di SD……, tidak dimaklumi oleh pihak sekolah. Sehingga karena tekanan psikologis tersebut dia jadi enggan melanjutkan sekolah. Padahal keinginan untuk sekolahnya sangat tinggi. Karena tiap hari dia telah berusaha menempuh jarak yang cukup jauh untuk anak seumuran dia.
aku sering diseneni guru, Soale aku sering telat sekolah”
Memang jalan yang ditempuh gadis itu tidak sejauh oleh Lintang, salah satu tokoh dalam laskar pelangi yang menempuh jarak beberapa kilometer untuk berangkat sekolah. Namun kiranya motivasi para guru sangat penting guna meningkatkan semangat siswa untuk tetap giat belajar.
Ketika matahari mulai bergeser jauh dari istiwa’, imam akhirnya tiba dari ngamen. Seperti biasa imam datang dengan senyum kasnya. Kulitnya yang hitam juga tampak lusuh oleh debu jalanan.
nyari siapa mas?” sapa dia pada laskar kalimasada dan kemudian meraih sepeda yang dibawa adiknya. Dia juga menerangkan kalau hari ini nur tidak ikut ngamen karena masih sakit. Rupanya teriknya hari kemarin membuat kondisi kesehatan gadis cilik itu menurun. Tapi sebenarnya pagi itu nur ingin ikut ngamen, namun ditolak oleh imam karena mengkhawatirkan kondisi kesehatannya.
saya akan terus ngamen, supaya bisa terus sekolah”
Tambah imam sbelum akhirnya berlalu dengan sepeda mini sambil menggonceng adiknya. Ternyata semangat untuk belajar dan tetap sekolah anak kecil yang sudah biasa dengan kehidupan jalanan itu cukup tinggi. Sehingga masyarakat perlu tahu bahwa masih ada naka anak jalanan yang punya cita cita dan ingin mewujudkan melalui bangku sekolah. Hal ini perlu menjadi perhatian bersama antara masyarakat dan pemerintah.
* Prabu Ali Airlangga


0 komentar:

Posting Komentar