Jumlah pengunjung

Selamat Datang di BLOG RUMAH BELAJAR PANDAWA

Senin, 17 Oktober 2011

Ajarkan Kejujuran Pada Anak


Masih ingat dengan seorang ibu rumah tangga biasa namun memiliki keberanian luar biasa membeberkan praktek kecurangan dalam ujian nasional yang terjadi di sekolah tempat anaknya menimba ilmu? Peristiwa yang sempat menghebohkan Indonesia beberapa waktu lalu ini praktis menjadi peristiwa langka di sebuah negeri yang masih banyak dihiasi praktek-praktek kebohongan ini.

Ya.. dialah Ibu Siami. Seorang ibu yang begitu getol mengajarkan kejujuran kepada anak-anaknya. Menurut istri Bpk. Widodo ini, sebagai orang tua jika menghendaki anaknya menjadi manusia yang berakhlak mulia maka hidup dengan prinsip kejujuran adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Karena orang tua merupakan figur yang menjadi teladan bagi anak-anaknya maka setiap perkataan, perbuatan, serta kebiasaan orang tua pasti akan selalu di amati dan ditiru oleh anak. Jadi jika menghendaki anak jujur, maka orang tua harus melakukannya terlebih dahulu.
Menanamkan kejujuran harus dimulai sejak kecil sebagai jalan untuk menjadikan anaknya sukses dunia akhirat. Seperti sabda Nabi Muhammad, “Berbuat jujurlah, sungguh kejujuran itu merupakan sarana untuk dapat masuk surga”. (H.R. Mutafaqun Alaih). Sehingga konsekwensi berat dari memegang prinsip ini misalnya dari pengalaman beliau yang hingga dikucilkan oleh orang-orang dekatnya dan diusir dari tempat tinggalnya, menjadi sesuatu yang yang harus dapat dijalani dengan ikhlas.
Kejujuran, kasih sayang, perhatian dan tanggung jawab itu selain beliau contohkan sendiri juga dilakukan dengan membekali anak-anak beliau dengan ilmu agama yang kuat. Sehingga meski putra putrinya tidak di titipkan di pondok pesantren akan tetapi pendidikan moral dan agama menjadi nomor satu bagi keluarga ini.
Kasih sayang dan perhatian orang tua memang tidak pernah luput untuk kedua anaknya. Misalnya demi menghadapi ujian akhir nasional, jauh-jauh hari Ibu Siami beserta suami telah mempersiapkan diri. Untuk mencapai target maksimal, Suami beliau yaitu Bpk. Widodo bahkan rela mengambil cuti kerja hanya untuk membimbing dan mengajari putranya.
Kondisi orang tuanya yang rela untuk cuti demi memberikan perhatian yang lebih pada anak-anaknya itu menjadikan sang anak lebih semangat belajar. Pada bulan-bulan mendekati ujian, mereka sekeluarga melakukan ikhtiar dengan puasa sunnah serta munajat pada sang khaliq. Dan Alifa’ yang masih kecilpun juga diajak mengikuti puasa walaupun ujian sedang berlangsung.
Dari ikhtiar berupa kerja keras sang anak, perhatian orang tua dan ikhtiar dengan do’a itu ternyata membuahkan hasil. Alifa’ menjadi anak yang diberi kemudahan Allah dalam belajarnya. Ia tergolong sebagai siswa yang cukup pandai di sekolahnya. Namun justru itulah yang menjadi ujian bagi keluarga Ibu Siami.
Karena kepandaiannya, saat ujian akhir nasional, Alifa’ justru diperintah oleh gurunya memberikan contekan kepada teman-temannya agar teman-temannya yang lain juga lulus dengan nilai yang bagus. Sehingga walaupun sebenarnya keberatan atas perintah gurunya, namun Alifa’ memenuhi perintah itu. Di akhir ujian Alifa’ di bayang-bayangi rasa takut dan penyesalan.
“Sepulang ujian, Alif bercerita kepada saya dan suami tentang kejadian itu. Saya sempat kecewa dan marah terhadap Alifa’ karena dia sudah tidak jujur, meskipun itu dilakukan demi memajukan prestasi sekolah. Namun saya menyadari ia hanya korban. Kekecewaan terbesar saya justru kepada oknum guru yang memaksa anak sekecil itu melakukan kecurangan demi ambisi yang tidak mendidik.” ujar Ibu Siami.
Kekhawatiran tentang masa depan akhlak sang anak mulai menghantui beliau sehingga tindakan harus segera diambil. “Perbuatan ini jelas tidak bisa dibiarkan begitu saja. Dengan perjuangan berat kami di keluarga mendidik anak tentang tanggung jawab dan membiasakan berbuat jujur, kok di sekolahnya malah dirusak dengan diajari berbuat curang.” ungkap beliau kepada Majalah NH dengan isak tangis penuh kekecewaan.
“Sebagai orang tua kita pasti menginginkan anak kita menjadi manusia yang berprestasi namun bukan berarti dengan mengajari mereka cara-cara yang curang,” tambahnya dengan linangan air mata yang terus mengalir.
Atas kerja keras dan ikhtiar seluruh keluarganya, akhirnya Alifa’ Achmad Maulana berhasil mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya. Tawaran beasiswa untuk jenjang sekolah menengah pertama pun terus berdatangan meski tawaran tersebut tidak serta merta mereka ambil.
Meski bersedih karena berbagai peristiwa yang dialami oleh keluarga beliau, semua itu sedikit terobati dengan keberhasilan anaknya meraih prestasi Insya Allah dengan keridhaan Allah. Tidak dengan cara-cara yang justru akan menjerumuskan anaknya. “Hal itu yang membuat kami bangga,” jelasnya dengan sedikit berulas senyum.
Menutup perbincangan dengan Majalah NH beliau berpesan “Peristiwa contek masal pada saat ujian bisa terjadi pada siapa saja. Seandainya anak melanggar maka anak juga harus di hukum dengan hukuman yang mendidik. Karena itu semua demi masa depan dirinya.”
Ibu Siami memberi inspirasi pada kita, demi masa depan anak-anak kita, berikan dan bentengi mereka dengan akhlak yang baik, meski konsekwensi yang dihadapi tidak ringan. Karena itulah jalan mencapai keridhoan Allah.
* oleh Prabu Ali Airlangga

0 komentar:

Posting Komentar