Jumlah pengunjung

Selamat Datang di BLOG RUMAH BELAJAR PANDAWA

Kamis, 04 April 2013

Prabu Ali Airlanga

Bila harus memilih antara melanjutkan pendidikan S2 dan mengabdi pada masyarakat, tentu Anda akan memilih yang pertama.
Namun pilihan kedualah yang dipilih oleh Prabu Ali Airlanga mahaiswa alumni Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya. ”Saya sangat senang melihat adik-adik saya mengabdikan dirinya pada masayrakat ketimbang melakukan hal-hal yang negatif. Meski saya harus menunda progam untuk melanjutkan belajar saya ke jenjang S2,” ucap Prabu Ali. Di samping itu mereka butuh bimbingan serta bantuan yang nyata untuk bisa mewujudkan  Rumah Belajar PANDAWA. Dan mereka menunjuk saya untuk menjadi direktur PANDAWA. Lanjut Prabu Ali Airlanga menjelaskan dengan senyum ramahnya.
Untuk menghadapi masalah pendanaan, pemuda 24 tahun itu mengajarkan pada adik-adiknya tentang nilai loyalitas dalam perjuangan. ”Saya tidak ingin sampean hanya mengandalkan bantuan dana dari orang lain. Kita harus rela untuk patungan demi mewujudkan PANDAWA” ucap Prabu Ali kepada pengurus PANDAWA.
Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk di kota besar yang tidak dibarengi dengan meningkatnya kesejahteraan, mengakibatkan semakin tingginya ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat. Seiring dengan semakin padatnya populasi penduduk yang tidak diikuti peningkatan penghasilan perkapita, menjadikan masyarakat memiliki beban berat dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan hidup manusia meliputi sandang, pangan, dan papan. Serta kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat pula terutama di negara berkembang, salah satunya Indonesia. Jelas direktur PANDAWA.
Lanjut Prabu Ali Airlanga, mantan ketua paguyuban teater ‘Q’ Surabaya, Pemenuhan kebutuhan pendidikan baik formal maupun nonformal sangat dibutuhkan. Menurutnya, hal ini dapat memberikan dampak yang besar terhadap penduduk dalam rangka peningkatan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) bangsa kita. Saat ini pendidikan luar sekolah memiliki peranan yang tidak kalah penting. Pendidikan ini berfungsi untuk membantu anak didik untuk memaksimalkan potensinya yang mungkin belum seluruhnya bisa diperoleh melalui jenjang pendidikan formal.
”Pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang merupakan amanat yang semestinya kita lakukan bersama,” tegas  pentolan PANDAWA. Oleh karena itu, sudah menjadi tanggung jawab Negara serta kita selaku warga Negara untuk turut terlibat dalam masalah-masalah di bidang pendidikan, seperti masalah pengawasan dan pembiayaan.
Senada dengan Nur Syam, lelaki yang mendapatkan gelar Profesor dalam bidang sosial, pendirian Rumah Belajar tentu sangat strategis ke depan. Sebagaimana diketahui bahwa tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan adalah kewajiban seluruh komponen bangsa.
Pendidikan memang bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat. Oleh karena itu, ”setiap prakarsa untuk mendirikan dan menyelenggarakan pendidikan pada level apapun, tentu harus diapresiasi secara memadai” kata Nur Syam.
Seirama dengan kemajuan zaman dan semakin menyeruaknya kapitalisme pendidikan, maka mendirikan rumah-rumah belajar bagi kalangan masyarakat ekonomi lemah adalah sebuah gagasan yang unik. Melalui model-model rumah belajar yang pembiayaannya sangat murah bahkan gratis, maka akan bisa menjadi antithesis bagi pendidikan berbasis kapitalisme. Dengan demikian, jika model-model ini berhasil, maka tentunya akan dapat ditularkan atau didiseminasikan ke tempat lain yang memiliki karakter yang sama atau hampir sama. Nur Syam selaku pembina PANDAWA. menyatakan ”Seharusnya pemerintah menghargai terhadap prakarsa masyarakat semacam ini”. 
Tambah lelaki separuh baya itu ”Saya berkeyakinan bahwa jika model-model rumah belajar itu didukung oleh kebijakan pemerintah dan didukung oleh masyarakat secara memadai, maka model belajar rakyat semacam ini akan bisa menjadi alternatif lain bagi program pendidikan di masa mendatang. Oleh karena itu seharusnya pemerintah memberikan dukungan kebijakan dan anggaran. Sehingga mimpi anak bangsa untuk terlibat dalam proses pendidikan bangsa akan bisa terwujud”.
”Rasa semangat serta kesadaran generasi muda yang ingin mengabdikan diri kepada masyarakat dan bangsanya melalui media pendidikan, patutnya dibimbing dan diarahkan,” ujar Nur Syam mantan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya. ”Selain itu mereka juga mengamalkan dari amanat Tri Dharma perguruan tinggi. Maka dari itu saya mendukung dan menyetujuinya. Selain itu saya juga siap untuk dimintai bantuan agar niatan yang baik tersebut dapat terwujud,” bebernya.
“Munculnya suatu anggapan  bahwa tujuan seseorang untuk belajar adalah setelah lulus bisa mendapatkan pekerjaan dan menjadi orang kaya adalah anggapan yang kurang tepat. Cara pandang masyarakat terhadap nilai-nilai  pendidikan  sangatlah keliru. Sebab tujuan dari pendidikan adalah mencerdaskan generasi negeri serta menghilangkan kebodohan,” papar Prabu Ali Airrlangga.
Ditemui saat selesai mengajar murid-muridnya, Prabu Ali menyampaikan, ”Jika masyarakat dibenturkan pada suatu kenyataan  di abad mutakhir ini, banyak dari mereka yang mempunyai persepsi bahwa ukuran  dari tingkat yang paling urgen tak lain hanyalah perihal tentang pemenuhan kebutuhan material semata,” lanjut  lelaki 24 tahun jebolan  Fak. Syariah Jurusan Ahwalus Syakhsiyah (Hukum Keluraga Islam). ”Masyarakat modern mempunyai suatu anggapan  bahwasannya ukuran keberhasilan penyerapan ilmu ditentukan pada saat ujian akhir dan dalam wujud angka-angka. Padahal itu semua keliru”.

Impiyan Yang Nyata
Mengentaskan anak-anak miskin dari kebodohan. Mereka berjuang bersama teman-temanya untuk merangkul  anak jalanan (ANJAL) pengemis, pemulung, preman, pekerja sek komersial serta  pedagang asongan  agar mereka mau menitipkan putra-putrinya untuk belajar bersama di Rumah Belajar PANDAWA.
Itulah impian yang ingin diwujudkan oleh lima pemuda. Mereka adalah Mukhammad Makmuri, Mukhammad Ridwan, Abdullah Kafaby, Amar Munawar  serta M. Ali  Shodikin atau biasa dikenal Prabu Ali Airlanga. Selaku generasi muda mereka mempunyai suatu gagasan yakni mendirikan sebuah rumah belajar bagi anak-anak yang tidak mampu.
Mukhammad Ridwan mengatakan. ”Sistem pengajaran yang memuaskan akan menjadi senjata ampuh dalam mengembangkan rumah belajar tersebut.” Hal yang cukup menarik di sini adalah penggunaan modal dan sumber daya manusia yang terbatas (patungan uang pribadi, red). Namun, mampu memberikan pelayanan yang terbaik sebagai salah satu solusi. Maka dengan nama Rumah Belajar PANDAWA (Papan Pendidikan Kawula) yang diresmikan oleh Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si, lima pemuda tersebut dapat terwujud pada Rabu, 18 Mei 2011 di balai RT Desa Lumumba Dalam Gang Buntu RT I/ RW I Kelurahan Ngagel Kecamatan Wonokromo Surabaya.
Karena tekad yang kuat  untuk mengabdikan diri kepada masyarakat dan bangsanya melalui media pendidikan, maka tidak mustahil berdirinya lembaga pendidikan seperti Rumah Belajar PANDAWA adalah salah satu jalan untuk membuka beragam ruang-ruang sosial yang mengolaborasikan semua ragam yang ada.
”Untuk menjalin sebuah kebersamaan dan keanekaragaman perspektif kelompok-kelompok sosial, maka dengan rumah belajar ini mereka  bisa mendapatkan pendidikan yang setara dan berkualitas,” kata Ridwan selaku sekretaris PANDAWA.
Awal berdirinya PANDAWA, kami hanya bermodalkan rumah kontrakan yang dimiliki oleh salah satu warga. Kami memanfaatan rumah yang sengaja kami sewa, lokasi ruang tamu, balai RT yang berada bersebelahan dengan markas PANDAWA, musholah al-Mukhlisin dan taman terbuka di sebrang jembatan kali Jagir sebagai lokasi belajar. Ini bisa dibilang sangat strategis, karena terletak di perkampungan padat penduduk.
Radius tiga kilo meter dari markas PANDAWA, terdapat sekolah mulai dari tingkat TK, SD, SMP sampai dengan SMA. Di samping itu lokasi ini berdekatan dengan tempat anak jalanan untuk beroperasi. Dengan kapasitas tempat yang memiliki empat ruangan yang dimanfaatkan sebagai kelas, maka tiap kelas dapat menampung 10-15 siswa. ”Keseluruhan dapat menampung kurang lebih 30 siswa.” Tegas Ridwan.  Dengan fasilitas yang standar,  diharapkan dapat meminimalisir cost dalam variable cost. ”Kami tidak menyediakan fasilitas yang mewah. Tetapi kami menyediakan pengajaran yang berkualitas,” pesan orang nonor dua di PANDAWA.

0 komentar:

Posting Komentar