Jumlah pengunjung

Senyum Indah Mereka Adalah Anugerah

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

This is default featured slide 2 title

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

Mengabdi Pada Masyarakat

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

This is default featured slide 4 title

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

Mari Bergabung Bersama Kami

Rumah Belajar Pandawa, Rumah Bagi Mereka Yang Tidak Punya Rumah dan Tempat Belajar Bagi Mereka Yang Tak Sanggup Sekolah.

Selamat Datang di BLOG RUMAH BELAJAR PANDAWA

Minggu, 31 Agustus 2014

MENGAPA AKU DISINI



 Cerpenis:Rosyidah Nuril Adha *

Kejam, Tega, Keras
Itulah yang teringat dalam benak lunak ini
Terasa terikat dalam tubuh ini
Melapisi setiap dinding rusukku
Tak ada kata yang dapat kuungkapkan
Mengapa ku disini
Semua telah terperangkap dalam
Sampai kulupa bagaimana melawannya

Aku adalah gadis kecil yang tinggal di kota yang begitu besar, bahkan dikenal oleh banyak orang. Aku adalah gadis kecil yang terlahir begitu sempurna dari rahim ibuku. Aku gadis kecil yang tak pernah berharap apapun tanpa berpasrah atas apa yang ku miliki. Aku berpasrah atas apa yang telah diberikan Tuhan karena Ayahku selalu mengajarkanku keikhlasan.
 Tak pernah luput dari mulutnya “Ini sudah pilihan Tuhan, Tuhan yang mengatur, dan kita yang menjalankan”.
Kata kata itu telah tertancap pada diriku dan keluargaku. “Hidup itu mudah jika kita mau bekerja dan ulet”
Ayahku selalu menanamkan hal itu pada dirinya, ibu dan kami anak-anaknya. Dengan gigihnya dia selalu bekerja keras menghabiskan waktunya agar aku dan saudaraku tidak merasa iri dengan orang orang elit itu.
“Tak ada gunanya kau membayangkan kemegahan hidup seperti mereka, karena inilah adanya kita, hidup yang  berkecukupan bahkan terkadang tak ada sidikitpun bahan untuk sesuap nasi. Tapi bersyukurlah nak, ini sudah jalan Tuhan. Tuhan telah menetapkan kehidupan kita.
Suatu saat nanti Tuhan pasti mendengar doa kita bersama. Maka dari itu teruslah berdoa, dan jangan pernah kamu merasa kecil dari orang-orang itu. Kita memang hidup kecil, namun hati kita lebih besar dari mereka.” Ucap ayahku.
 Aku memiliki tujuh saudara, kedua adikku dan kelima kakakku. Mereka hanyalah seorang pengamen yang keliling kampung mengumpulkan kertas berharga, begitu pula diriku. Hidupku dan keluargaku penuh dengan bekerja.
Kita tak pernah lelah menghabiskan waktu untuk bekerja demi mendapatkan nasi dan membeli apa yang aku dan adik-adikku butuhkan untuk sekolah. Tak kenal panas ataupun dingin, tubuh ini serasa kebal dengan itu.
Ayah bekerja sebagai kuli sampah dari pagi sampai larut malam. Kedua kakak laki-lakiku menjadi pengamen jaranan di perkampungan sebelah. Terkadang mereka juga pulang sampai larut malam. Ketiga kakakku telah menikah dan tinggal bersama keluarganya, sehingga kami berpisah sejak pernikahan mereka.
Sedangkan aku, kakak perempuanku dan ibuku juga membantu sepulang aku sekolah untuk mengamen di sekeliling rumah yang berada di kampong sebelah. Dari penghasilan kami semua, dikumpulkan untuk biaya sekolahku dan kakakku. Hal ini sungguh mengharukan bagiku. Namun karena ini, semangatku untuk belajar dan mendapatkan juara di kelas semakin membara.
Ayah pernah bercerita tentang kehidupannya dahulu saat diriku belum terlahir. Ibu dan ayahku berasal dari keluarga sederhana. Mereka hanyalah anak dari sepasang petani yang bekerja di ladang orang.
Pada saat itu mereka bertekad keluar kota untuk mencari sebuah penghidupan yang lebih baik dari kehidupannya saat itu. Mereka meninggalkan kampung halamannya cukup lama sekali. 
Sampai akhirnya beberapa tahun kemudian semenjak mereka bekerja, mereka dipertemukan ditempat perantauan. Merekapun menjalin hubungan dan akhirnya terlahirpun kakakku.
Sejak saat itu kedua orangtuaku tak pernah kembali di kampungnya, kecuali saat acara-acara tertentu. Hal itu berlangsung sampai aku tumbuh besar.
Aku sekarang beranjak kelas 5, 1 tahun lagi aku akan menginjakkan kelas 6. Saat aku teringat kenaikan kelasku nanti, aku selalu meneteskan air mata. Karena setelah lulus nanti, kedua orangtuaku berencana untuk menaruhku di pesantren dekat rumah nenekku.
Padahal aku ingin melanjutkan sekolah di Sekolah umum yang ada di daerah tempat tinggalku sekarang. Namun aku tak bias berharap banyak, karena kendala keadaan keluargaku yang tidak memiliki SK rumah dan adapun isu bahwa rumahku akan digusur.
Hal itu membuatku tidak bisa menggunakan akta kelahiran yang merupakan prasyarat untuk masuk ke sekolah umum.
Aku termasuk siswa berprestasi di sekolah, namun karena keterbelakangan keluargaku membuat diriku tak teranggap. Banyak dari teman-temanku yang sering mencemooh aku karena aku seorang pengamen jalanan. Namun karena begitu terbiasanya aku dengan cemoohan mereka tak membuatku sakit hati, meskipun terkadang aku merasa kesal dengan mereka.
Terasa begitu hina pekerjaanku itu, padahal itu adalah pekerjaan halal. Karena aku mendapatkan rezeki itu dari hasil usahaku menyanyi, bukan meminta-minta. Kehidupan ini begitu keras untuk ku jalani. Namun hal itu bukanlah alasan untukku berputus asa dalam meraih cita-citaku.
Aku yakin masih banyak jalan Tuhan yang diberikan padaku selagi aku terus berusaha dan berdoa. Semoga Tuhan memberiku kebahagian yang belum pernah aku rasakan sekarang, dan memberikan perlindungan dan kesehatan kepada keluargaku. Amiin.

Minggu, 02 Februari 2014

Memahami Makna Kecerdasan Anak*


*Oleh : Prabu Ali Airlangga SHI, MH
(Direktur Rumah Belajar Pandawa)

Sebagai orangtua mereka mempunyai kesadaran bahwa anak adalah sebuah amanah yang dititipkan Tuhan untuk dijaga, dididik dan dirawat dengan baik. Oleh sebab itu, orang tua hendaknya memperhatikan dengan sungguh-sungguh atas kecerdasan yang dimiliki oleh buah hatinya.
Ada tiga hal yang menjadi prioritas dalam konsep pendidikan, sebagaimana yang dirumuskan Benyamin S. Bloom tentang kognitif, afektif dan psikomotor yang dikemas secara apik dalam program life skill.
Dr. Howard Gardner, peneliti dari Harvard, pencetus teori Multiple Intelligence mengajukan delapan jenis kecerdasan yang meliputi Cerdas Bahasa seperti cerdas dalam mengolah kata. Cerdas Gambar  yakni memiliki imajinasi tinggi. Cerdas Musik  meliputi peka terhadap suara dan irama. Cerdas Tubuh yakni trampil dalam mengolah tubuh dan gerak. Cerdas Matematika dan Logika adalah cerdas dalam sains dan berhitung. Cerdas Sosial meliputi kemampuan tinggi dalam membaca pikiran dan perasaan orang lain, Cerdas Diri merupakan sikap menyadari kekuatan dan kelemahan diri. Cerdas Alam  termasuk peka terhadap alam sekitar. Cerdas Spiritual maksudnya menyadari makna eksistensi diri dalam hubungannya dengan Pencipta alam semesta.
Delapan kecerdasan atau yang lebih dikenal istilah kecerdasan jamak  (multiple intelligences) ini merupakan pengembangan dari kecerdasan otak, emosional dan spiritual. Kecerdasan jamak atau majemuk pada saat ada yang menggolongkan dalam delapan jenis yaitu kecerdasan linguistik, logika-matematika, spasial, kinestetik tubuh, musikal, interpersonal, intrapersonal dan naturalis.
Oleh karena itu, saat buah hati kita sedang mengekspresikan bakat dan potensinya, kita sebagai orang tua bertanggung jawab untuk mengajarkan dan melatihkan bagaimana proses kecerdasan itu terbentuk dengan baik.
Selama ini, yang namanya “kecerdasan” senantiasa dikonotasikan dengan Kecerdasan Intelektual” atau yang lazim dikenal sebagai IQ saja (Intelligence Quotient). Namun pada saat ini, anggapan bahwa kecerdasan manusia hanya tertumpu pada dimensi intelektual saja sudah tidak berlaku lagi. Selain IQ, manusia juga masih memiliki dimensi kecerdasan lainnya, diantaranya yaitu  Kecerdasan Emosional atau EQ (Emotional Quotient) dan Kecerdasan Spiritual atau SQ (Spiritual Quotient).
Pada edisi ini, kami akan mengulas sebuah metode yang kami coba terapkan di Rumah Belajar Pandawa, metode pendekatan ESQ  Power. Pendidikan ESQ merupakan upaya pengembangan kepribadian anak. Kebutuhan pendidikan anak tidak sekedar menjejali dengan pengetahuan semata, tetapi juga aplikasi kemanfaatan bagi kehidupan yang bermakna dengan mengaktualisasikan potensi diri sebaik mungkin di tengah peradaban yang terus berkembang.
Hal ini merupakan tanggung jawab pendidik (orang tua dan pengajar) untuk mentransformasikan nilai-nilai kecerdasan emosional dan spiritual dengan pola asuh yang tepat sesuai tingkat kematangan anak dengan melalui pembiasaan, keteladanan dan penciptaan lingkungan yang kondusif sehingga menjadi manusia yang cerdas secara emosional (EQ) yaitu kecerdasan kalbu yang berkaitan dengan pengendalian nafsu-nafsu impulsif dan agresif dan cerdas spiritualnya (SQ), yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna dan nilai.
Mendidik dan mengajar sesungguhnya bermaksud untuk memberikan pengetahuan dan  kecakapan untuk hidup. Maka caranya tidak boleh keluar dari adat istiadat kehidupan. Mari kita belajar dari tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantoro, dari konsep pendidikan yang diajarkan di taman siswa, patutnya menjadi inspirasi bagi Rumah Belajar Pandawa.
Patut dipahami oleh kita semua, bahwa pola pendidikan pada generasi kita apakah masih menjadikan IQ (Intelligence Quotient) sebagai satu-satunya tolok ukur kecerdasan yang juga sering dijadikan parameter keberhasilan manusia. Semua orang tua berharap agar buah hatinya bisa berhasil, tidak hanya dengan nilai baik serta  mendapat juara namun dibarengin juga  dengan pola yang benar.
Tak ada artinya trophy kejuaraan berjejer di ruang tamu jika akhirnya tidak sukses hidup. Rata-rata mereka yang berhasil bukan yang bisa menulis halus dengan tata bahasa yang benar, tetapi  mereka yang berani menyampaikan gagasannya.  Mereka yang berhasil bukan yang IQ tinggi (otaknya jenius), tetapi  merekalah yang mempunyai kepribadian baik.
Mereka yang berhasil dibidang politik bukan doktor ilmu sosial politik, tetapi mereka yang  memiliki teman banyak dan jaringannya luas. Jika konsep IQ (Intelligence Quotient) dijadikan patokan keberhasilan manusia maka kami tidak sepakat dengan pendapat tersebut, sebab konsep tersebut  bisa digugurkan dengan konsep Kecerdasan Emosional atau EQ (Emotional Quotient) dan Kecerdasan Spiritual atau SQ (Spiritual Quotient).
Tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantoro (1908) mengemukakan tiga prinsip pembelajaran Ing Ngarso Sung Tulodo (jadi pemimpin-guru jadilah teladan bagi siswanya), Ing Madyo Mangun Karso (dalam pembelajaran membangun ide siswa dengan aktivitas sehingga kompetensi siswa terbentuk), Tut Wuri Handayani (jadilah fasilitator kegiatan siswa dalam mengembangkan life skill sehingga mereka menjadi pribadi mandiri).
Sebelum lebih jauh, patutnya kita memahami terlebih dahuli maksud dari ESQ (EMOSIONAL DAN SPIRITUAL QUOTION), yang pertama saya akan menguraikan tentang makna dari kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional telah diterima dan diakui kegunaannya. Studi-studi menunjukkan bahwa seorang eksekutif atau profesional yang secara teknik unggul dan memiliki EQ yang tinggi adalah orang-orang yang mampu mengatasi konflik, melihat kesenjangan yang perlu dijembatani atau diisi, melihat hubungan yang tersembunyi yang menjanjikan peluang, berinteraksi, penuh pertimbangan untuk menghasilkan yang lebih berharga, lebih siap, lebih cekatan, dan lebih cepat dibanding orang lain.
Istilah kecerdasan emosi pertama kali berasal dari konsep kecerdasan sosial yang dikemukakan oleh Thordike pada tahun 1920 dengan membagi 3 bidang kecerdasan yaitu kecerdasan abstrak (seperti kemampuan memahami dan memanipulasi simbol verbal dan matematika), kecerdasan konkrit seperti kemampuan memahami dan memanipulasi objek, dan kecerdasan sosial seperti kemampuan berhubungan dengan orang lain.
Dari penjabaran tersebut maka dapat kita pahami bahwa kecerdasan emosional yaitu kemampuan mengenali emosi diri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi orang lain dan kemampuan membina hubungan.
Kita sebagai orangtua sejauh mana membekali buah hati kita bisa mempunyai kepekaan atau membaca perasaan terdalam orang lain (empati), kemampuan untuk menyelesaikan konflik, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, semua hal tersebut dibutuhkan pengendalian diri, semangat, dan ketekunan.
Sedangkan dalam mengembangkan kecerdasan spiritual, kita sebagai orangtua dapat memulainya dari lingkungan keluarga, yakni dengan cara melatih anak-anak melakukan tugas hariannya dengan kesadaran dan dorongan motivasi dari dalam. Seorang anak diberi kasih sayang dan tidak perlu dimanjakan karena akan mengembangkan sifat mementingkan diri sendiri dan mengabaikan kebutuhan orang lain, kikir dan berpikiran sempit.
Sebagai orang tua, kita harus menciptakan suasana lingkungan keluarga penuh kasih dan pengalaman saling memaafkan. Anak perlu belajar untuk bisa menerima dan mendengarkan dengan baik, terhadap diri sendiri maupun orang lain. Adapun beberapa hal yang perlu kita perhatikan yaitu,
Pembiasaan. Misalnya membiasakan anak sejak kecil untuk bangun pagi, beribadah bersama, membaca buku-buku agama, berlaku sopan pada siapapun, berlaku jujur, perlu untuk dibiasakan. Anak-anak kita seyogyanya kita  sadarkan bahwa mereka kelak harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka di hadapan Sang Pencipta. Dengan upaya tersebut, kiat sebagai orangtua sudah membekali nilai-nilai kecerdasan spiritual kepada anak.
Keteladanan. Keteladanan yang diberikan orang tua dan keluarga akan memberikan dampak yang baik pada diri pribadi anak. Tanpa keteladanan yang baik dari orang tua, pendidikan terhadap anak tidak akan berhasil dan nasehat-nasehat tidak akan membekas. Orang tua tidak dapat mengharapkan anak-anaknya berbuat keutamaan dan akhlak mulia kalau orang tua juga tidak berbuat demikian.
Ada kesan yang salah bahwa, para orang sukses bukanlah orang yang religius. Hal ini disebabkan pemberitaan tentang para koruptor, penipu, konglomerat rakus, yang memiliki kekayaan dengan jalan tidak halal. Karena orang-orang jahat ini 'tampak' kaya, maka sebagian publik mendapat gambaran bahwa orang kaya adalah orang jahat dan rakus, para penindas orang miskin. Sebenarnya sama saja, banyak orang miskin yang juga jahat dan rakus. Jahat dan rakus tidak ada hubungan dengan kaya atau miskin.
Para orang sukses sejati yaitu yang mendapatkan kekayaan dengan jalan halal dan berbagi terhadap sesama. Mereka menyumbangkan hartanya di jalan amal. Mereka mendirikan rumah sakit, panti asuhan, riset kanker, dan berbagai yayasan amal.
Kebanyakan dari mereka menghindari publikasi. Berbagai studi menunjukkan bahwa para orang sukses sejati menyumbangkan minimal 10 persen dari pendapatan kotor untuk kegiatan amal, bahkan saat dulu mereka masih miskin. Mereka menyadari bahwa kekayaan mereka hanyalah titipan dari Tuhan, 'silent partner' mereka.
Akhirnya melalui kecerdasan spiritual manusia mampu menciptakan makna untuk tujuan-tujuannya. Hasil dari kecerdasan aspirasi yang berupa cita-cita diberi makna oleh kecerdasan spiritual. Melalui kecerdasan spiritual pula manusia mampu tetap bahagia dalam perjalanan menuju teraihnya cita-cita.

Kunci bahagia adalah Kecerdasan Spiritual. Kecerdasan spiritual (SQ) berkaitan dengan masalah makna, motivasi, dan tujuan hidup sendiri. Jika IQ berperan memberi solusi intelektual-teknikal, EQ meratakan jalan membangun relasi sosial, SQ mempertanyakan apakah makna, tujuan,dan filsafat hidup seseorang.

Kamis, 30 Januari 2014

Pancasila as the civil religion, Falsafah Hidup Berbangsa dan Bernegara.*


oleh :  Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si
(Dewan Pembina Rumah Belajar Pandawa)


Demokratisasi seringkali memunculkan suasana konfliktual antara masyarakat, agama dan negara. Indonesia sebagai negara yang menggunakan pilar agama sebagai sala satu landasan perjuangan dan cita-cita bangsa.  Sebagaimana tertuang di dalam pembukaan UUD 45 yaitu ”atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa”, maka sesungguhnya agama dan negara memiliki relasi dalam coraknya yang simbiosis. Tujuannya tak lain untuk melindungi dan menjamin warga negara dapat menjalankan ibadah agamanya dengan baik.
Salah satu pilar utama yang patut untuk dijunjung tinggi dalam kehidupan berbangsa dan beragama adalah, ”setiap agama telah memiliki batas-batas koridor masing-masing, sehingga apabila dalam perkembangannya setiap agama yang keluar dari koridor itu, akan membawa keresahan dalam masyarakat agamanya, untuk itulah pemerintah bertugas menata dan menyeimbangkan kembali”.
Revitalisasi Pancasila sebagai civil religion memang menjadi keniscayaan. Bangsa Indonesia mengajui Agama formal dalam berbagai namanya (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu).
Masyarakat sebagai subyek dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak berkebaratan untuk menjadikan Pancasia sebagai agama sipil, dalam pengertian menjadi perekat dari semua elemen bangsa. Untuk itu perlunya “agama umum” sebagai dasar integrasi bangsa, yaitu suatu “agama rakyat” yang sifatnya umum dan terbuka, yang kelak dinamakan “agama sipil.”
Agama sipil yang dimaksud adalah suatu simbol hubungan antara warganegara dengan waktu dan tempat serta sejarah bangsa tersebut di bawah pengertian ultimate reality. Dari sinilah agama sipil dibawa ke dalam masyarakat menjadi “pandangan hidup berbangsa dan bernegara yang pluralistik.” Suatu filsafat hidup yang mengayomi semua warganegara yang berbeda secara etnis dan agama.
Jadi agama sipil adalah suatu gaya hidup berbangsa yang majemuk dalam agama dan menghisap semua agama formal yang ada. Jika kita punya jiwa nasionalis (sosio nasionalis), serta turut serta memikirkan nasip bangsa ini (sosio demokratis), maka marilah kita berkomitmen terhadap nilai-nilai teologis yang kita yakini (ketuhanan yang maha esa) maka harapan menjadikan pancasila sebagai pandangan hidub berbangsa dan bernegara akan terwujud.
 Pancasila dengan lima silanya adalah gambaran riil tentang civil religion. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan gambaran tentang prinsip utama di dalam civil religion. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan harapan kita semua.  Begitu juga dengan Sila persatuan Indonesia, yang menjadi tanggung jawab seluruh rakyat.
Indonesia merupakan perwujudan dari konsep persaudaraan yang didasarkan atas keadilan dan kemanusiaan. Kemudian Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan juga memberikan gambaran bahwa demokrasi sebagai bagian penting dalam prinsip civil religion terkover di dalamnya.
Ketuhanan yang Maha Esa adalah sebuah pengakuan formal negara bahwa negara ini berbasis pada agama. Memang bukan negara agama, akan tetapi agama menjadi substansi di dalam kehidupan kenegaraan dan sosial kemasyarakatan. Dasar filosofis seperti ini, yang sering belum dipahami oleh banyak orang sehingga menganggap bahwa masih ada ideologi lain yang ingin diuji cobakan di dalam kehidupan bernegara. Salah satunya adalah ideologi agama.
Melalui kembalinya kesadaran untuk memantapkan Pancasila sebagai ideologi negara bangsa, maka sesungguhnya ada harapan baru di tengah pertarungan ideologi yang terus berkembang di seantero dunia, termasuk di Indonesia.
Negara ini akan tetap menjadi besar dan bersatu manakala seluruh komponen bangsanya menjadikan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Oleh karena itu, menguatkan kembali Pancasila sebagai living ideology sama dengan menegaskan pondasi bangsa dan mengurangi konflik kepentingan.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Cerpen Mualaf Putri Cilik

Di sebuah dusun kecil tepatnya di desa Purwo Harjo hidup seorang  gadis  mungil yang cantik Jelita. Dia bernama Nurma Christina Mula Syintia Dewi. Nurma hidup sendiri di gubuk tua semenjak kakeknya KH. Ridlowi meninggal dunia karena sakit. Dia ditinggal oleh kedua orangtuanya semenjak dia berumur 8 tahun. Kedua orang tuanya adalah kaum Kristen sehingga mereka memberi nama Nurma Christina Mula Syintia Dewi. sedangkan kakeknya adalah seorang Ulama di daerahnya.
                Pada saat Nurma berumur 7 tahun, kedua orang tuanya sering meninggalkan dia ke luar kota. Sehingga di rumah dia hanya tinggal berdua dengan kakeknya. Kakek Ridlowi sering sekali mendapat undangan untuk berdakwah diberbagai tempat. Sehingga dia sering mengajak Nurma dalam menyampaikan dakwahya. Dengan seringnya kakek Ridlowi  mengajak Nurma, sehingga Nurma ingin tahu tentang agama.
                Suatu hari terjadi percakapan antara Nurma dan Kakek Ridlowi. “Kek, Islam itu apa? tanya Nurma. “Islam itu adalah agama yang diturunkan oleh Allah sebagai petunjuk manusia di bumi ini nak. Di dalam Negara kita ada lima agama yaitu agama Kristen yang dianut kedua orang tua Nurma, ada agama Islam yang dianut oleh kakek sendiri, selanjutnya ada agama Hindu dan Budha, dan ada lagi satu agama yang baru yaitu agam Khonghucu” jawab kakek Ridlowi. Kalau Nurma agamanya apa kek? sahut Nurma. “Biasanya anak itu mengikuti kedua orang tuanya, tetapi Nurma mempunyai hak untuk memilih agama apa yang akan Nurma anut” balas kakek kembali. “Lalu kenapa kakek dan mama agamanya berbeda?” tanya Nurma lagi. Namun kakek Ridlowi tidak menjawabnya karena tiba – tiba ada salah satu warga yang mengetuk pintu rumahnya untuk meminta bantuan kepada beliau.
                Nurma masih penasaran dengan pertanyaannya yang masih belum sempat di jawab oleh kakeknya. Dan dia keluar rumah untuk melihat – lihat keadaan untuk menghirup udara segar. Di tengah perjalanan dia mendengar suara gaduh di salah satu rumah tetangganya. Karena penasaran dia menghampiri rumah itu untuk mengetahui apa yang terjadi. Ternyata disana ada sekelompok anak – anak yang sedang mengaji. Kemudian dia meninggalkan tempat itu dan pulang karena takut kakeknya bingung mencarinya.
“Dari mana nak??” tanya Kakek Ridlo. “Dari jalan – jalan kek, melihat suasana di luar saat sore hari begini” jawab Nurma. Nurma memang orangnya jarang bermain – main diluar. Dia selalu belajar di rumahnya bersama kakek Ridlo. “Sebentar lagi kakek ada undangan pengajian di desa sebelah, Nurma mau ikut apa tidak?” tanya kakek. “Saya di rumah saja kek!” jawab Nurma. Kakek Ridlo heran karena biasanya Nurma semangat sekali apabila diajak pengajian.
Kakek Ridlo termasuk orang yang hobby membaca. Beliau sering membeli buku – buku bacaan terutama buku yang berhubungan dengan agama. Alasan Nurma menolak ajakan kakeknya karena Nurma ingin mencari jawaban dari pertanyaannya sebelum dia bertanya lagi kepada kakeknya melalui buku – buku koleksi kakeknya. Kemudian Dia mengambil beberapa buku milik kakeknya tanda disadari kakek Ridlo.
Malam telah larut, namun kakek Ridlo belum pulang juga. Karena merasa lelah Nurma tertidur di ruang tamu. Di tengah tidur lelap Nurma, kakek Ridlo tiba dirumah. Beliau mengelus – ngelus dahi Nurma sambil menangis dan berkata “begitu malangnya nasibmu nak yang jauh dari perhatian kedua orang tuamu yang lebih mementingkan pekerjaannya di bandingkan kamu anak semata wayangnya. Semoga kamu diberikan petunjuk yang lurus oleh Allah SWT. Amien”.
Keesokan pagi harinya, Nurma bersiap – siap untuk berangkat ke sekolah. Dia selalu diantar oleh kakek Ridlowi. Dia termasuk cucu yang sangat membanggakannya. Dia bocah yang aktif dan cerdas, tapi sayangnya kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya. Tetapi Nurma tidak pernah merasa kurang kasih sayang karena dia memiliki kakek yang begitu tulus mencintai dan menyanginya.
Orang tua Nurma menyekolahkannya di SDK yang ada di Purwo Harjo. Tempatnya lumayan jauh dengan rumahnya. Kakeknya selalu mengantar dan menjemputnya mengunakan sepeda ontelnya yang sudah tua. Terkadang Nurma merasa kasihan dengan kakeknya.
Suatu hari di desa Purwo Harjo sering hujan deras di sertakan angin yang sangat kencang. Sehingga menyebabkan banyak pepohanan yang roboh. Setelah hujan deras berturut – turut, desa itu mengalami Bencana besar yang memakan banyak korban luka, meninggal dan hilang.
Banyak Keluarga yang tinggal di luar kota berdatangan untuk mencari keluarganya salah satunya adalah kedua orang tua Nurma. Namun setelah dievakuasi selama satu minggu ternyata mereka tidak menemukan jasad Nurma dan kakeknya. Menurut kesimpulan Tim evakuasi bahwa hampir 100 % warga desa Purwo Harjo terbawa air yang begitu deras dan di mungkinkan meninggal dunia.
Ternyata saat bencana besar itu terjadi, Nurma bersama kakek Ridlowi sedang berada di sebuah dusun kecil yang tidak jauh dari desa Purwo Harjo yang tidak terkena banjir. Mereka Singgah disana selama 1 bulan karena pada saat itu kakek Ridlowi sedang merawat Sahabat karibnya yang sedang sakit parah. Setelah sahabatnya meninggal dunia Kakek Ridlowi bersama Nurma berniat pulang ke rumahnya. Namun disaat mereka melihat keadaan daerahnya mereka baru menyadari bahwa telah terjadi bencana di desanya yang telah merenggut banyak nyawa.
Mereka kembali ke rumah Sahabatnya yang kecil dan memiliki  satu hektar sawah dengan keadaan sedih. Sebelum sahabat Kakek Ridlowi wafat, dia memang telah mewariskan rumah dan harta yang dia miliki tanpa tersisa sedikitpun kepada kakek Ridlowi. Beliau adalah satu – satunya sahabat yang sangat setia dan perhatian padanya. Mereka pun memutuskan untuk tinggal disana.
Selain sebagai pendakwah, kakek Ridlo memang juga seorang petani di sawah milik tetangganya saat tinggal di desa Purwo Harjo. Jadi beliau sudah terbiasa dalam mengurusi sawah milik sahabatnya itu. Setiap hari Nurma selalu membantu kakeknya mengolah sawah. Semenjak bencana itu terjadi, sekolah Nurma terputus, karena sekolahnya juga rusak terkena banjir.
Usia Nurma semakin dewasa. Kini dia beranjak berumur 9 tahun. “Kakek, kenapa mama dan papa tidak mencari kita ya? Apa benar bahwa mereka lebih sayang pekerjaannya dari pada saya anak semata wayangnya?” ucap Nurma sambil menangis. “Kita tidak boleh bilang seperti itu, mungkin mereka sudah mengira bahwa kita sudah meninggal sayang!!” jawab kakek Ridlo sambil menenangkan cucu kesayangannya itu. “Kek??” panggil Nurma. “ada apa?” kakek menjawab. “Apakah boleh jika saya ikut kakek menganut agama Islam?” tanya Nurma dengan rasa takut. “Kenapa tidak boleh? Islam itu sangat tolerir terhadap umatnya. Islam tidak pernah memaksa manusia untuk menganut agamanya. Kakek senang sekali jika kamu tulus untuk menganut agama Islam!” jawab kakek dengan senyum yang begitu indah.
Kakek pun menuntun Nurma untuk mengucapkan dua kalimat syahadat yang merupakan Rukun Islam yang pertama. Ternyata Nurma sangat lancar sekali mengucapkannya. Kakek Ridlo sangat bahagia sekali dengan keputusan cucunya itu. Dan dia melakukan sujud syukur karena Allah telah mengabulkan harapannya.
“Ini buku kakek!” dengan menyodorkan buku kepada kakek. “Kamu dapat dari mana buku ini?” Tanya si kakek dengan wajah bingung. “Sebelumnya saya minta maaf, buku ini saya ambil di almari Buku kakek 1 tahun yang lalu saat kakek sedang pergi pengajian” jawab Nurma dengan santai. Kemudian kakek Ridlowi langsung memeluk cucunya sambil menangis. Dia merasa seorang pemenang hari ini karena memiliki cucu yang begitu luar biasa.
Nurma selalu melakukan sholat lima waktu dan dia sering sholat Tahajud pada malam hari. Dalam doanya dia selalu meminta untuk tidak dipisahkan dengan kakek yang begitu ia cintai. Disaat dia memanjatkan doanya, Kakek Ridlo selalu mendengarkan dan terharu atas perkataan cucunya.
Nurma tumbuh menjadi remaja yang cantik. Meskipun dia tidak bersekolah, dia selalu membaca buku – buku yang ada di rumah sahabat kakeknya. Sehingga dia tetap berkreasi meskipun tidak ada yang memfasilitasi. Suatu hari kakeknya terjatuh sakit.  Sehingga yang mengurusi sawahnya hanya Nurma. Dia sangat sedih sekali dengan keadaan kakeknya. Setiap melihat kakeknya yang sedang terbaring lemah di tempat tidur dia selalu meneteskan air mata.
Selama 1 tahun kakek Ridlowi menahan sakitnya. Dia tetap semangat untuk hidup karena ada cucunya yang selalu menemani dan merawatnya. Nurma selalu memberi semangat kepada kakeknya meskipun sebenarnya dalam hatinya terasa sesak ingin selalu menangis. “Nak, jaga dirimu baik – baik ya! Kuatkan iman dan keteguhanmu pada agamamu sekarang!” ucap kakek Ridlo dengan suara yang lemah. “Insyaallah kek, kakek cepat sembuh ya? Biar kita bisa bercanda lagi, bisa mengolah sawah bersama – sama lagi dan nurma bisa belajar agama lebih banyak bersama kakek” jawab Nurma dengan sesak. Kakek Ridlo hanya tersenyum padanya. Nurma langsung keluar dari kamar kakeknya dan menangis karena terharu.
Dua hari kemudian Kakek Ridlo dapat berdiri dan berjalan lagi. Tetapi beliau tidak dapat bekerja. Beliau hanya berjalan – jalan di sekitar rumahnya dengan menghirup udara segar yang penuh dengan tumbuhan hijau. Keadaannya lama – kelamaan terasa membaik. Nurma sangat senang dengan perkembangan kesehatan kakeknya.
Di pagi yang begitu cerah tiba – tiba kakek Ridlo mengajak Nurma untuk mengunjungi desanya yang habis terkena banjir. Sesampai disana, ternyata desa itu sudah menjadi sebuah hutan yang begitu lebat pepohonannya. Beliau bersyukur karena dia masih di lindungi dan diberikan kesempatan untuk bersama dengan cucunya. Namun di tengah perjalanan menuju pulang, penyakit kakeknya tiba – tiba kambuh dan di tempat itu juga Kakek Ridlowi meninggalkan Nurma untuk selamanya.  Kini dengan agama barunya, Nurma terus beristiqomah dalam menjalankannya tanpa seorang Kakek dan juga sebagai gurunya itu.


Sabtu, 28 Desember 2013

Kenagan Bersama Relawan Universitas Katolik Darma Cendika.


Puji syukur kepada Tuhan, atas Rahmat dan kesempatan kepada kelompok kami dalam menyelesaikan PKL (Praktik Kerja Lapangan). Laporan ini kami buat sebagai persyaratan kelulusan mata kuliah agama semester satu di Universitas Katolik Darma Cendika.
Dalam penyusunan laporan ini kami didorong oleh rasa ingin tahu sekaligus belajar untuk dapat berbagi dengan maupun anak-anak yang membutuhkan ilmu pengajaran secara akademik dan non-akademik.
Kami sebagai kelompok mengharapkan dengan adanya laporan ini, memberikan kami pemahaman arti tentang kehidupan yang sesungguhnya. Banyak hal yang kami bisa bagikan diantaranya, bagaimana kami belajar memahami karakter satu pribadi dengan pribadi yang lain. Bagaimana keunikan setiap anak dalam hal berpola pikir. 
Dalam melaksanakan  kegiatan ini kami mempunyai banyak peluang karena kami mengetahui bahwa ada potensi yang berbeda dari setiap manusia. Kita berharap bahwa kegiatan yang telah kita lakukan dapat memberikan arti bagi kehidupan kita semua dimasa mendatang. Dalam kegiatan ini, tentunya tidak menutup kemungkinan bahwa masih ada kendala- kendala yang kami hadapi baik dari segi waktu penyesuaian pengajaran maupun cuaca yang terkadang kurang mendukung.
Kesempatan yang kami peroleh merupakan kesempatan yang sangat berharga. Ucapan terima kasih, kami berikan kepada Mas Prabu Ali Airlangga selaku direrktur dari pencetus rumah Belajar Pandawa yang berlokasi di jalan Ngagel-Wonokromo Surabaya.
Kita melakukan pengenalan pada anak-anak PANDAWA pada saat itu juga terlihat muka kegembiraan diraut wajah mereka. Karena mendapatkan guru pendamping baru. Setelah melakukan pengenalan kami melakukan pengajaran materi kepada anak-anak tersebut, pada saat kita mengajar terlihat ada beberapa anak masih malas untuk belajar dan kami juga merasa terkejut ketika mendapati bahasa mereka yang cenderung kasar, bahkan masih terlihat dari mereka betapa kurangnya pendidikan bahasa dilingkungan tempat tinggal sekitarnya.

Pada Pertemuan kedua kami datang ke Rumah PANDAWA kembali untuk mengajar, tetapi kedatangan kami kali ini terlambat, dikarenakan adanya jadwal kuliah yang berakhir pada pukul 19.30 WIB. Setelah perkuliahan kami menuju ke tempat PANDAWA. Sesampainya disana ternyata mereka belum melangsungkan pelajaran, dikarenakan mereka menantikan kami dan kamipun langsung mengajar.
Pengajaran berlangsung seperti biasa, antusias tampak di wajah mereka , seiring waktu intensitas bertemu. Tidak seperti waktu hari pertama yang masih canggung dan cenderung malu. Sikap saling bercanda mulai mereka tunjukan sebagai rasa pertemanan yang mulai akrab.
Pada pertemuan terakhir Kami tidak melakukan pengajaran karena ini waktu terakhir kami melakukan pengajaran, kami memutuskan mengadakan acara ramah-tamah dengan berjalan-jalan ketaman bungkul. Kami juga memberikan kenang-kenangan pada mereka berupa beberapa fasilitas pendukung dalam proses belajar-mengajar mereka. Sebelum berangkat kami melatih mereka untuk disiplin waktu dengan cara berbaris tanpa ribut dan menjadi kendala kami adalah susah untuk mengatur mereka untuk disiplin ternyata sangat susah sehingga kamipun tersendat keberangkatannya. Pada pukul 20.00 WIB kami mulai berangkat dengan berjalan kaki yang lokasinya ternyata cukup jauh. Sesampainya disana kami bermain dan mereka terlihat antusias dan gembira untuk bermain ditaman Bungkul. Kami juga mendampingi untuk bermain dan berbagi minuman dan snack dengan mereka. Dan kita mengajak mereka untuk saling berbagi, kemudian pada pukul 22.15 WIB kami melakukan perjalanan kembali ke rumah belajar PANDAWA dan sebelum kami pulang kami berpamitan dengan anak-anak PANDAWA dan juga dengan  mas Prabu Ali Airlangga beserta para pengajar yang lainya.


Jumat, 12 Juli 2013

"Ramadhan Ceria 1434 H"

 Berawal dari sebuah perkumpulan yang direncanakan oleh Allah SWT.
Terciptalah sebuah harmonisasi yang berjalan sehingga banyak sekali menghasilkan kegiatan positif untuk masyarakat. Seperti imajinasi ide itu terbentuk dari pergelutan pikiran-pikiran, dari imajinasi itulah ide untuk membuat rencana besar pada bulan Ramadhan.  Seperti kesuksesan panda bulan Ramadhan yang sebelumnya bulan yang suci kali ini kami akan mengadakan "Ramadhan Ceria 1434 H "

Acara ini diselenggarakan selama bulan Ramadhan 2013.
Bagi para relawan, donatur, Updaters yang ingin berpartisipasi pada acara ini, berikut detailnya:

Senin 15 Juli 2013 Pembukan "Ramadhan Ceria 1434 H  "
Rangkaian Acaranya:
    15 Juli Serba Ta'jil ( Berbagi Takjil)\
    16-21 Pondok Pesanten  Penghafal Quran / Hafidz
    22-28 Juli Kajian Spesial Ramadhan dan Buka Bersama Anak Yatim, Anjal, Dhuafa
    28-30 Juli Bakti Sosial
    1-3 Agustus Merah putih ramadhan (Lomba-lomba)
    04  Agustus Penutupan dan pembagian Bingkisan Lebaran

TUJUAN KEGIATAN
Menggalang persatuan dan kesatuan umat.
Menjalin dan mempererat Ukhuwah Islamiah yang telah ada.
Membagi kebahagiaan Ramadhan dengan saudara yang kurang beruntung.
Memotivasi untuk berlomba-lomba menuju kebaikan di bulan suci yang penuh berkah ini.
Mewujudkan kepedulian terhadap sesama.


Informasi lebih lanjut zoom flyer Acara "Ramadhan Ceria 1434 H " ini. Bisa meng hubungi kami
Alamat : Rumah Belajar PANDAWA RT 01 RW 01 desa Lumumba Dalam kel. Ngagel Kcm. Wonokromo Surabaya
-Tlp/Sms : 085852456350
-Email : pandawa_ilmukawula@yahoo.com

Senin, 01 Juli 2013

Konjen AS Berkunjung di Pandawa

Surabaya 28 Juni 2013. 
Konsul Jenderal A.S. di Surabaya, Joaquin Monserrate berdiskusi dengan relawan muda yang tergabung dalam Rumah belajar Pandawa yang di ketuai oleh adalah M. Ali Shodikin mahaiswa alumni Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya., yang sekarang melanjutkan pendidikan Magister Hukum di UNTAG Surabaya. ”Saya sangat senag dengan kunjungan bapak Joaquin Monserrateselaku Konsul Jenderal A.S. di RB Pandawa.
Kunjungan  ini tidak lepas dari kerjasama yang dilakukan antara lembaga RB Pandawa dengan SEAYLP (Southeast Asia Youth Leadership Program), sebuah program pertukaran yang didanai Pemerintah A.S.
"Pendidikan menjadi perhatian pemerintah Amerika. Dan kami sangat mengapresiasi apa yang sudah dilakukan mahasiswa disini," ujar Monserrate ketika ditanya oleh salah satu murid RB Pandawa.
Dalam kerjasama yang dilakukan  Rumah Belajar Pandawa  bersama Garuda Team mengadakan pembelajaraan bahasa Inggris gratis kepada puluhan anak-anak SD-SMP Kampung Lumumba Dalam, Ngagel-Wonokromo, Surabaya. Acara malam tersebut dihadiri  seluruh relawan dari Garuda Team dan Rumah Belajar Pandawa, serta puluhan murid. 50-an relawan dan anak didiknya berkumpul, dan berdiskusi dengan Bapak Konjen terkait masalah pendidikan, sosial, budaya.
Saat menyampaikan sambutannya, pria yang biasa dipanggil Prabu Ali Airlangga  mengatakan "Pemenuhan kebutuhan pendidikan baik formal maupun nonformal sangat dibutuhkan". Menurutnya, hal ini dapat memberikan dampak yang besar terhadap penduduk dalam rangka peningkatan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) bangsa kita. Saat ini pendidikan luar sekolah memiliki peranan yang tidak kalah penting. Pendidikan ini berfungsi untuk membantu anak didik untuk memaksimalkan potensinya yang mungkin belum seluruhnya bisa diperoleh melalui jenjang pendidikan formal.
”Pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang merupakan amanat yang semestinya kita lakukan bersama,” tegas  pentolan PANDAWA. Oleh karena itu, sudah menjadi tanggung jawab Negara serta kita selaku warga Negara untuk turut terlibat dalam masalah-masalah di bidang pendidikan, seperti masalah pengawasan dan pembiayaan. 
Menurut Monserrate semestinya semua warga negara punya kesempatan mengakses pendidikan, karena pendidikan merupakan hak dasar setiap manusia, termasuk warga miskin sekalipun.  Kegiatan rumah belajar Pandawa sangat menarik perhatian Monserrate, sehingga diplomat AS ini meluangkan waktu untuk melihat langsung kelas belajar tersebut. Kelas belajar Komunitas pandawa, merupakan kelas gratis untuk mendidik anak-anak keluarga yang kurang mampu di belakang dinas perairan kota surabaya.
Joaquin Monserrate, juga mengapresiasi adanya perpustakan yang di sediyakan untuk anak-anak, dia kagum karena anak-anak juga belajar membaca dongeng-dongen yang ditulis dengan bahasa Inggris. Sebelum meninggalkan lokasi acara tersebut konjen AS berpesan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa tidak harus selalu melalui jalur pendidikan formal saja, akan tetapi dapat juga melalui jalur pendidikan nonformal. Oleh karena itu, diperlukan adanya sarana komunikasi informasi ilmu pengetahuan untuk disampaikan kepada masyarakat yaitu perpustakaan.  
"With the library, the community can use it as a means of information, knowledge, and creating a culture of reading." Dengan dana pribadi dan bantuan dari beberapa donatur  para mahasiswa ini mendidik anak-anak tersebut agar bisa membaca tulis dan sejumlah pengetahuan dasar lainnya. [] Al